METROPOLITAN.ID - Taylor Swift, yang baru saja terpilih sebagai person of the year, mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam atas perseteruannya dengan Kim Kardashian dan Kanye West.
Sebagai person of the year, Ia juga mengkritik industri musik yang kerap mengeksploitasi artis muda, khususnya yang saat ini menimpa dirinya, Taylor Swift dan dua artis lainnya seperti Kim Kardashian dan Kanye West.
Melalui The Guardian, Ia mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam karena konflik dengan Kim Kardashian dan Kanye West, serta mengkritik industri musik yang kerap mengeksploitasi artis muda.
Swift merasa industri musik terlalu terfokus pada keuntungan jangka pendek dan cenderung membuang artis setelah mereka mencapai usia tertentu.
"Ketika seorang artis sudah cukup dewasa untuk menghadapi pekerjaan ini secara psikologis, mereka biasanya dibuang pada usia 29 tahun," ungkap penerima penghargaan Person of the Year tersebut.
Ia pun mengambil langkah untuk menghindari hal tersebut dengan selalu mengubah gaya musiknya di setiap album.
Baca Juga: Ingin Karyawan Beri Pelayanan Terbaik ke Pasien, RSUD Leuwiliang Hadirkan Motivator Zae Hanan
Swift secara khusus mengkritik Big Machine, label tempat ia merilis enam album pertamanya.
Ia merasa label tersebut membatasi kreativitasnya. "Setiap keputusan kreatif yang ingin saya buat selalu dipertanyakan," ujarnya.
Hubungan Swift dengan Big Machine memburuk saat label tersebut menjual hak atas album-albumnya kepada Scooter Braun, manajer Kanye West yang sebelumnya pernah berseteru dengan Swift.
Baca Juga: Diumumkan 6 sampai 15 Desember 2023, Begini Cara Cek Hasil Kelulusan PPPK
"Master saya dijual kepada seseorang yang secara aktif menginginkannya dengan alasan jahat, menurut saya," kata Swift kepada Time.
Perseteruan antara Swift, West, dan Kardashian sempat mendominasi media jurnalistik, khususnya kolom entertainment, dan sosial media selama bertahun-tahun, bahkan merusak reputasi Taylor Swift.