METROPOLITAN – Rencana rerouting awal Februari ini nampaknya tidak akan berjalan mulus. Hingga saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih melakukan sosialisasi. Jika persiapannya tidak matang, Walikota Bogor Bima Arya memilih akan menunda pelaksanaan rerouting. “Kalau belum siap akan tetap kita undur, dari pada penerapan ini tidak memberikan dampak atau malah merugikan masyarakat,” paparnya.
Bima juga mengatakan, dengan adanya penerapan rerouting ini sejumlah trayek akan bertambah dan bertambah. Sehingga Pemkot Bogor pun gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ia mehminta agar program rerouting segera disosialisasikan karena menurutnya saat ini konsep rerouting angkot sudah pasti dan sudah memiliki payung hukum berupa perwali. Sehingga pihaknya siap merealisasikan program yang nantinya akan mengurangi jumlah angkot di Kota Bogor. “Kita terus sosialisasikan karena masyarakat pun harus mengetahui program pemerintah daerahnya, sehingga mereka bisa mendukung program kita,” ujarnya kepada Metropolitan.
Dalam penerapan rerouting ini, menurut Bima, pihaknya meminta semua pihak memberikan masukan kepada dirinya agar bisa menyempurnakan konsep rerouting tersebut sehingga ketika penerapan rerouting sudah tidak ada kendala lagi. “Memang perlu ada sosialisasi yang maksimal dan kita terus sosialisi kepada masyarakat, sekolah, audiensi dan lainnya,” terangnya.
Dari jumlah 3.412 armada angkot, dibutuhkan 80 bus yang harus dioperasikan di Kota Bogor. Namun, saat ini baru ada sepuluh bus dengan kesiapan tiga badan usaha milik pengusaha angkot dan baru bisa mereduksi 1.590 armada. Mekanisme konversi yang disebut Bima yakni 2-3 angkot ditukar menjadi satu bus ukuran sedang. Ia juga menargetkan rerouting akan berlaku efektif pada Juni nanti. Konsekuensinya, angkot yang tidak mau ikut konversi atau berbadan hukum harus menjadi angkot pengumpan (feeder) dan tidak masuk ke tengah kota.
Sementara itu Pengamat Yayat Supriatna menjelaskan, rerouting ini akan efektif ketika semua bus untuk rute angkot 02 dan 03 tersedia sehingga koridor 3 dan 4 yang melayani Bubulak-Ciawi cukup menggunakan bus. Namun jika rerouting angkot dilakukan sebelum bus ada, akan menjadi beban tambahan yakni sebanyak 486 angkot pada jalur Tajur akibat angkot 02 dan 03 bergerak dari Bubulak–Ciawi. “Skenario untuk mempermudah masalah harus ada penambahan petugas, area tempat angkot saat berputar dan memasang target bahwa Juni 2017 bus harus sudah ada sehingga rerouting lebih efektif karena 486 angkot sudah dikonversi,” katanya.
Rerouting ini juga membuka kesempatan badan usaha mengatasi konversi angkot ke bus dengan kejelasan skema pembiayaan. Selain itu, perlu dijelaskan kepada masyarakat bahwa rerouting tidak menghilangkan pekerjaan. “Nanti kan akan diatur shift, sehingga dari tiga supir itu tidak kehilangan pekerjaan sama sekali,” jelasnya. (mam/b/els/dit)