Senin, 22 Desember 2025

Konsep Belum Matang, Rerouting Diundur

- Rabu, 1 Februari 2017 | 09:21 WIB

METROPOLITAN – Rencana rerouting awal Februari ini nampaknya tidak akan berjalan mulus. Hingga saat ini, Pemerin­tah Kota (Pemkot) Bogor masih mela­kukan sosialisasi. Jika persiapannya tidak matang, Walikota Bogor Bima Arya me­milih akan menunda pelaksanaan rerou­ting. “Kalau belum siap akan tetap kita undur, dari pada penerapan ini tidak memberikan dampak atau malah meru­gikan masyarakat,” paparnya.

Bima juga mengatakan, dengan adanya penerapan rerouting ini sejumlah trayek akan bertambah dan bertambah. Se­hingga Pemkot Bogor pun gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ia mehminta agar program rerouting segera disosialisasikan karena menurutnya saat ini konsep rerouting angkot sudah pasti dan sudah memiliki payung hukum berupa perwali. Se­hingga pihaknya siap merea­lisasikan program yang nanti­nya akan mengurangi jumlah angkot di Kota Bogor. “Kita terus sosialisasikan karena ma­syarakat pun harus mengetahui program pemerintah daerahnya, sehingga mereka bisa mendu­kung program kita,” ujarnya kepada Metropolitan.­

Dalam penerapan rerouting ini, menurut Bima, pihaknya meminta semua pihak mem­berikan masukan kepada diri­nya agar bisa menyempurnakan konsep rerouting tersebut sehingga ketika penerapan rerouting sudah tidak ada ken­dala lagi. “Memang perlu ada sosialisasi yang maksimal dan kita terus sosialisi kepada ma­syarakat, sekolah, audiensi dan lainnya,” terangnya.

Dari jumlah 3.412 armada angkot, dibutuhkan 80 bus yang harus dioperasikan di Kota Bogor. Namun, saat ini baru ada sepuluh bus dengan ke­siapan tiga badan usaha milik pengusaha angkot dan baru bisa mereduksi 1.590 armada. Mekanisme konversi yang di­sebut Bima yakni 2-3 angkot ditukar menjadi satu bus uku­ran sedang. Ia juga menarget­kan rerouting akan berlaku efektif pada Juni nanti. Konse­kuensinya, angkot yang tidak mau ikut konversi atau berba­dan hukum harus menjadi angkot pengumpan (feeder) dan tidak masuk ke tengah kota.

Sementara itu Pengamat Yayat Supriatna menjelaskan, rerouting ini akan efektif ke­tika semua bus untuk rute angkot 02 dan 03 tersedia se­hingga koridor 3 dan 4 yang melayani Bubulak-Ciawi cukup menggunakan bus. Namun jika rerouting angkot dilakukan sebelum bus ada, akan men­jadi beban tambahan yakni sebanyak 486 angkot pada jalur Tajur akibat angkot 02 dan 03 bergerak dari Bubulak–Ciawi. “Skenario untuk mem­permudah masalah harus ada penambahan petugas, area tempat angkot saat berputar dan memasang target bahwa Juni 2017 bus harus sudah ada sehingga rerouting lebih efek­tif karena 486 angkot sudah dikonversi,” katanya.

Rerouting ini juga membuka kesempatan badan usaha men­gatasi konversi angkot ke bus dengan kejelasan skema pem­biayaan. Selain itu, perlu dije­laskan kepada masyarakat bahwa rerouting tidak men­ghilangkan pekerjaan. “Nanti kan akan diatur shift, sehingga dari tiga supir itu tidak kehi­langan pekerjaan sama sekali,” jelasnya. (mam/b/els/dit)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X