BOGOR – Shelter atau halte yang semestinya digunakan bagi masyarakat untuk menunggu kendaraan umum, kini beralih fungsi menjadi hunian baru bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Hal ini terjadi terhadap puluhan shelter di Kota Bogor yang selama ini tidak digunakan. Bahkan sejumlah shelter yang masih digunakan seperti di depan kampus UIKA, Bantarjati, Jambu Dua, ikut menjadi hunian para PMKS.
Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat mengatakan, memang selama ini ada kelemahan pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor yang lebih fokus kepada pusat kota, hingga meninggalkan tugasnya di kawasan pinggiran. Salah satunya seperti perawatan shelter yang selalu menjadi hunian bagi PMKS selama ini. Bahkan jarang sekali ada shelter yang terawat dengan baik. “Memang belakangan ini dishub dipusingkan dengan permasalahan yang ada di tengah kota. Sehingga permasalahan yang di pinggiran kota ini tidak perhatikan,” ujarnya kepada Metropolitan.
Karena shelter tidak terawat dan kerap menjadi pemukiman PMKS, Ade meminta dishub, Satpol PP dan Dinas Sosial berkoordinasi menyelesaikan masalah ini. Karena menurut Ade, kejadian ini bukan kali pertama. Peristiwa ini, sambung Ade, terjadi karena lemahnya koordinasi yang dilakukan tiga dinas itu, sehingga hal tersebut terulang lagi. “Seharusnya saat ini tidak terjadi kembali,” terangnya.
Ade Sarip juga menginginkan agar shelter-shelter yang tidak tertata ini dikelola PDJT sebagai pemanfaat shelter. Karena menurut Ade, jika dikelola dishub maka akan kembali seperti itu. Terlebih dishub mempunyai pekerjaan rumah yang sangat banyak. “Emang baik dikelola PDJT karena mereka yang menggunakannya,” paparnya.
Merespons hal ini, Direktur Utama Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor Krisna Kuncahyo mengaku bahwa dirinya sering melaporkan ikhwal banyaknya PMKS di shelter pada dishub. Namun PMKS kembali muncul sehingga banyak penumpang Transpakuan yang merasa risih dan tidak nyaman. “Penumpang merasa ketakutan, karena banyak PMKS. Padahal kita juga sering ikut membersihkan,” katanya.
Karena banyaknya PMKS di shelter, menurut Krisna berdampak kepada jumlah pengguna Transpakuan. Sebab, gara-gara melihat PMKS yang sedang tiduran di shelter, ada sebagian penumpang yang mengurungkan niat untuk naik bus. “Banyak sekali yang seperti itu. Kadang karena ada PMKS di dalam shelter ada penumpang yang menyetop di luar shelter,” jelasnya.
(mam/b/ram/dit)