Senin, 22 Desember 2025

Potong Lidah Tolak Bahaya

- Sabtu, 11 Februari 2017 | 09:42 WIB

METROPOLITAN – Sehari jelang perayaan Cap Go Meh 2017 di Kota Bogor, Vihara Dhanagun yang berada di Jalan Suryakencana menggelar ritual potong lidah, tadi malam. Ritual ini mengundang perhatian ratusan warga. Diiringi musik khas China, ritual potong lidah dilakukan para Tangsin, sebutan orang yang melakukan potong lidah. Seorang Tangsin pun maju lalu mengambil pedang tajam yang kemudian diiriskan ke lidahnya. Darah segar pun keluar lalu ditampung dalam sebuah mangkuk.

Tak lama kemudian, Tangsin itu terkulai tak sadarkan diri. Dalam kondisi itu, dia dibopong rekan-rekannya lalu dibawa masuk ke kelenteng dan begitu pula para Tangsin lainnya. Sejumlah warga yang menyaksikan ritual ini pun antara takut dan senang. “Sehari sebelum Cap Go Meh memang kita selalu lakukan hal ini dan dari tahunke tahun selalu dilaksanakan,” ujarnya.

Ketua Panitia Cap Go Meh Arifin Himawan mengatakan, ritual ini dilakukan sehari sebelum dilangsungkannya Cap Go Meh. Atraksi ini diartikan sebagai sebuah upacara tolak bala. Yang artinya kita memohon kepada para dewa untuk selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya melalui lidah para tangsin yang disayat.

Ia mengatakan, darah yang keluar dari sayatan lidah akan ditulis pada kertas mantra berwana kuning. “Tulisan dari tetesan darah itu yang merupakan bentuk permohonan kepada para dewa untuk mengu sir aura jahat, kelancaran usaha, tolak bala dan rezeki,” terangnya.

Tradisi potong lidah oleh para Tangsin ini dilaksanakan satu hari jelang Cap Go Meh. “Tradisi potong lidah dilaksanakan pada pukul 20:00 WIB. Tangsin itu merupakan para pendekar dari paguyuban Tangsin se-Jabo detabek yang rencananya memeriahkan perayaan Cap Go Meh di sepanjang Jalan Raya Surya kencana mulai pukul 15:00 WIB.

Sementara salah seorang warga Pulo Geulis, Anita Rahmawati, tak sanggup melihat atraksi tersebut. Sebab menurut nya, atraksi tersebut sangat mengerikan. “Itu tidak sakit apa lidahnya dipotong-potong, dan nantinya dia makan dan ngomong gimana?” paparnya.

Meski demikian, Anita pun senang melihat atraksi budaya Tionghoa yang jarang sekalai ditemukan. Apalagi Bogor salah satu wilayah yang masih membudayakan acara tersebut. “Jarang sekali acara tersebut, sehingga acara ini memang harus dibudayakan agar anak cucu kita pun bisa melihatnya,” katanya.

(mam/a/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X