Teka-teki calon direksi PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor terjawab sudah. Tim Panitia Seleksi (Pansel) direksi PDAM mengumumkan tiga nama yang memiliki nilai terbesar sesuai hasil penilaian tim independen. Mereka adalah Hasanudin Tahir, Efie Pancawatie dan Eka Bhinekas. Jika Bupati Bogor Nurhayanti keukeuh tak menggunakan hak prerogatifnya, kemungkinan besar Hasanudin Tahir akan menempati posisi direktur utama (dirut).
Berdasarkan pengumuman yang disampaikan di laman website Pemkab Bogor, kemarin. Ada tiga nama yang mendapatkan penilaian terbesar mengisi kursi direksi PDAM Tirta Kahuripan. Dengan urutan, pertama Hasanudin Tahir memiliki nilai sebesar 10,313. Kedua, Efie Pancawatie dengan nilai 10,150. Terakhir, Eka Bhinekas dengan nilai 10,038. “Ketiganya memiliki rekomendasi dapat disarankan,” kata Ketua Pansel Direksi PDAM, Arman Senjaya.
Menurut Arman, hasil penilaian para calon direksi ini sudah diserahkan langsung kepada bupati. Tinggal, sambung dia, selanjutnya dilaporkan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor. “Setelah bupati pegang kita akan umumkan juga di website. Kalau sama dewan bukan konsultasi terkait tiga nama teratas, melainkan membahas PR yang harus mereka kerjakan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, setelah laporan dengan DPRD selesai dilaksanakan, maka ketiga nama teratas ini akan diserahkan ke Badan Pengawas (BP) PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor. “Untuk pelantikan bisa akhir Maret atau awal April nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, harapan kepada tiga calon terpilih terus dikumandangkan wakil rakyat di Bumi Tegar Beriman. Salah satunya dari Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Yuyud Wahyudin. Menurut Yuyud, setelah bupati menerima hasil penilaian dari tim independen, mereka akan melakukan konsultasi dengan DPRD Kabupaten Bogor. Konsultasi tersebut guna membahas kinerja calon direksi terpilih. “Nah, nanti dari konsultasi itu kemungkinan ada persepsi lain dari dewan. Misalkan calon terpilihnya bermasalah terkait moralitas atau memiliki hutang besar, itu tidak boleh,” kata Yuyud.
Sementara itu, Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Bogor Hendrayana mengaku tak mengenal ketiga direksi PDAM. Sebab, pihaknya jarang berinteraksi selain dengan direksi PDAM. “Saya kenal Bu Efie saja, yang lain belum familiar. Itu juga baru satu kali rapat dengan kita. Belum kenal betul,” kata Hendrayana.
Namun, politisi Hanura itu mengatakan, jika memang ketiga nama tersebut merupakan calon direksi terpilih PDAM, pihaknya akan lebih mencari tahu sosok dan kinerja saat rapat koordinasi nanti. Ia mengaku akan melihat apakah ketiganya memiliki kinerja yang mumpuni untuk mengelola PDAM Tirta Kahuripan Bogor. “Kalau memang itu keputusannya akan kita lihat di dalam rapat nanti,” ujarnya.
Menurut Hendra, yang terpenting ketiga calon direksi terpilih nanti wajib memenuhi harapan dari masyarakat atau konsumen PDAM. Seperti, mengurangi tingkat kebocoran air yang saat ini masih berada di angka 27 persen menjadi 20 persen. Lalu, memberikan pelayanan secara prima dengan cara melayani keluhan pelanggan selama 24 jam. Serta, karena sumber daya bahan baku air saat ini sudah semakin banyak berkurang, ketiganya dapat membuat inovasi melalui pencarian mata air baru untuk pelanggan. “Intinya direksi baru harus bisa memenuhi harapan dari masyarakat. Kalau direksi lama sudah dibilang berhasil lah,” katanya. (rez/c/els/dit)