Senin, 22 Desember 2025

Polisi Dukung Gerakan Perlindungan Anak Sekampung

- Kamis, 9 Maret 2017 | 09:24 WIB

METROPOLITAN – Munculnya fenomena geng pemer­kosa massal atau Geng Raid mulai diantisipasi Polres Bogor. Rencana membentuk gerakan perlindungan anak sekampung dianggap solusi tepat untuk menekan tindak kekerasan yang dialami anak. Hal tersebut dikatakan Ka­subag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspita Lena.

Menurut Ita, rencana yang digagas Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) untuk membuat gerakan perlindungan anak hingga wilayah-wilayah itu sangat baik. Mengingat hal itu bisa meredam persoalan kekurangan ekonomi yang kerap melanda di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. “Sangat bagus dan kita setuju dengan penanganan geng pemerkosaan itu hingga ke bawah,” kata dia.

Ita sedikit menyayangkan terkait masih banyaknya kasus kekerasan terhadap anak. Namun, masyarakat yang mengetahuinya enggan mela­porkan kepada aparat kepoli­sian. “Padahal fungsi polisi juga tidak melulu menindak, bisa saja dengan anjuran me­diasi dan kita awasi pasca ter­capai kesepakatan,” ucapnya.

Dari data Penanganan Pe­rempuan dan Anak Polres Bo­gor pada 2016, tindak pelece­han seksual yang terjadi ter­hadap anak sebanyak 95 kasus. Dengan rincian persetubuhan terhadap anak sebanyak 58 kasus dan perbuatan cabul terhadap anak sebanyak 37 kasus. “Tahun lalu ada 95 kasus yang kita selesaikan,” ujarnya.

Sebelumnya, orang tua di Bogor diminta ekstra menga­wasi pergaulan anak-anaknya, terutama anak perempuan. Komnas PA memberi peringa­tan akan adanya geng pemer­kosa massal. Pelaku dan kor­bannya anak di bawah umur. Sesuai catatan Komnas PA, pada tahun ini sudah ada tiga kasus pemerkosaan yang dila­kukan segerombolan anak muda. Mulai di Bogor dengan pelaku sebanyak tujuh orang yang memperkosa remaja be­rusia 14 tahun, lalu di Beng­kulu dan Semarang.

Ketua Komnas PA Arist Mer­deka Sirait menjelaskan, sebe­narnya fenomena Geng Raid ini terjadi ketika situasi keada­an negara tengah dilanda ke­kacauan seperti terjadi pepe­rangangan atau sebagainya. Namun untuk tahun ini, di Indonesia sedikit berbeda. Ne­gara dalam keadaan baik namun Geng Raid terjadi di mana-mana. “Kami juga tak menger­ti dan agak aneh kenapa bisa ada pemerkosaan bergerom­bolan,” kata Sirait.

Menurut Sirait, terjadinya fenomena ini akibat tsunami teknologi. Di mana teknologi saat ini sudah tak bisa diben­dung sehingga menjadi pe­micu anak-anak berbuat di luar kewajaran. “Jadi gini. Ketika pemicunya adalah tek­nologi, dalam artian anak-anak diberikan tayangan porno­grafi atau pornoaksi, lalu me­reka untuk mendorong yang dikonsumsinya (tayangan pornografi, red) melalui mi­numan keras (miras). Sehing­ga wajar jika sampai anak di bawah umur berani melaku­kan pemerkosaan,” ucap dia.

(rez/b/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X