METROPOLITAN - Puluhan ulama dari seluruh dunia berkumpul di Bogor untuk membahas persoalan terorisme. Mereka yang terdiri dari majelis intelektual dan ulama muda se-ASEAN dan Timur Tengah mengikuti Muktamar Penanggulan Radikalisme, Fanatisme dan Terorisme di Hotel Rancamaya, Ciawi, Kabupaten Bogor, kemarin. Muktamar ini dihadiri para ulama dari Saudi Arabia, Ummul Quro University, Persatuan Ulama Timur Tengah, Liga Muslim Dunia, Ulama Syari’ah negara teluk, sekjen ulama dunia dan ketua MPR I. Selain itu juga hadir perwaRkilan ulama dari Filipina, Thailand, Singapura, Mesir, mantan staf ahli PBB, Persis dan ketua parlemen Uni Eropa. Sekjen Komite Internasional Hamdi Al-Obeid mengatakan, para tokoh yang hadir adalah bentuk representasi dari persatuan umat yang ingin menghadapi persoalan perpecahan.
Menurut penyelenggara acara Ustadz Yusuf Ustman Baisa, terorisme, radikalisme dan fanatisme sebenarnya bukanlah ajaran Islam. ”Itu bukanlah ajaran Islam. Jika ada yang terjadi (konflik, red) di sana, kok ada yang seperti itu? Itu penyebabnya adalah kebodohan,” ujarnya kepada wartawan saat jumpa pers.
Terkait konflik yang terjadi di Palestina dan negara Timur Tengah lainnya saat ini, ia mengatakan bahwa konferensi ini masih tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi hal itu. ”Yang bisa berbuat banyak itu PBB. Kita hanya bisa menyuarakan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Palestina, Suriah. Kita harap lembaga besar seperti PBB bisa berbuat banyak,” jelasnya. Konferensi Persatuan Umat ini merupakan acara yang pertama kali digelar di Indonesia. Hasilnya nanti akan diserahkan ke pemerintah yang sudah disepakati bersama.
(tib/els/run)