Senin, 22 Desember 2025

Lorong Laskar Hizbullah Ditutup

- Sabtu, 13 Mei 2017 | 09:05 WIB

METROPOLITAN – Mulai kemarin pengelola Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah Kampung Sukajaya Kretek Rt 01/02, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor menutup terewongan yang diduga markas Laskar Hizbullah.

Penutupan dilakukan karena dikhawatirkan terowongan itu dijadikan sebagai gudang senjata pada zaman Belanda. Pengelola pesantren khawatir masih ada senjata di dalam terowongan yang dapat membahayakan keselamatan warga. “Ya kami tutup karena kata orang tua yang dituakan mungkin ada gudang senjata untuk kamanan,” ujar Pimpinan Ponpes Al Fatah H Muhammad Nasrullah, kemarin.

Menurut Nasrullah, pihaknya akan melakukan musyawarah dengan para alumni dan pengelola pesantren untuk menindaklanjuti temuan itu. Sebab, lokasi penemuan terowongan bawah tanah itu berada di lokasi masjid yang saat ini sedang dibangun. “Lokasi ini kan dijadikan masjid untuk para santri di sini,” ucapnya.

Pesantren Al Fatah sendiri didirikan oleh KH Hisbullah pada tahun 1976. Di pesantren ini, para santri dibekali Ilmu Fiqih dan Tasawuf, serta pelajaran umum setingkat SMP dan SMA.

Jumlah santri di Ponpes ini terbilang cukup banyak, yaitu sekitar 110 santri pada tahun ini. Tak hanya itu, para penuntut ilmu keagamaan ini bukan hanya berasal dari wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Melainkan, dari wilayah Provinsi Banten, Bandung, Sukabumi, Bekasi dan kota – kota besar lainnya, di Indonesia.

Ketua Santri Ponpes Al-Fatah, Abdul Khoir menuturkan, Ponpes tersebut pertama kali didirikan oleh Kyai Haji Hasbullah Al Haf pada 1978, dan telah mencetak kyai baru yang memiliki santri dengan jumlah yang cukup banyak diberbagai wilayah di Indonesia. “Di Ponpes ini, santri diajarkan berbagai macam ilmu agama. Seperti, ilmu fiqih, tasawwuf, dan lainnya. Namun, kami lebih menekankan pada ilmu Nahwu dan Shorof (gramar vocabulary, red) yang merupakan tata bahasa Arab,” ujarnya kepada Metropolitan, kemarin.

Tujuan ilmu tersebut, kata Abdul, sebagai landasan untuk agar para santri bisa membaca, dan memaknai arti yang lebih komperehensif terhadap kitab suci Al Quran dan kitab-kitab kuning sebagai sumber hukum pada ajaran agama Islam.

Santri juga dibekali dengan ekskul. Baik yang bersifat wajib diikuti, ataupun tidak. Seperti dakwah dan Qira'atul Quthub, maupun yang bersifat menghibur dari kejenuhan belajar seperti marawis, qasidah, pramuka dan giat lainnya,” paparnya.

Selain pengajaran itu, sambung Abdul, santri juga mendapatkan pelajaran sekolah setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA/SMK. “Mereka nantinya akan memiliki ijazah setara sekolah negeri yang bertujuan menjawab tantangan zaman yang semakin modern pada saat ini,” pungkasnya.

(don/ps/yos/b/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X