METROPOLITAN – Ada fakta baru terkait target pelaku bom bunuh diri atau teroris. Selain menargetkan aparat kepolisian, para pelaku juga mengincar para ulama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai target jihad. Hal tersebut dibenarkan Kapolres Bogor AKBP AM Dicky saat menggelar buka puasa bersama Muspida dan ulama se-Kabupaten Bogor. “Ulama dan MUI juga disampaikan merupakan bagian dari thagut. Dalam artian, mereka menganggap muslim kita ini belum benar-benar muslim,” kata Dicky.
Menurut dia, penjelasan ini diberikan bukanlah dari aparat kepolisian, melainkan dari dua mantan teroris asal Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) yang diundang Polres Bogor dalam kegiatan ini. Hal ini bertujuan agar mereka bisa memberi masukan kepada para alim ulama bagaimana mencegah kejadian seperti itu ke depannya. “Kalau kita yang menjelaskan mungkin sudah biasa. Sehingga kita undang mereka untuk menjelaskan langsung kepada tamu undangan dengan cara memutar film dan memberi kesempatan untuk berbicara. Setelah itu melakukan pembulatan yang dilakukan ketua MUI,” ucapnya.
Dicky melanjutkan, hasil pembulatan yang dilakukan Ketua MUI, semuanya selaras dan sepakat bahwa teroris adalah musuh bersama seperti halnya hoax hingga ujaran kebencian. Sebab, ketiga hal itu merupakan fitnah yang bisa berpotensi pada disintegrasi. “Makanya pencegahan yang akan kita lakukan yaitu dengan cara sosialisasi terus ke masyarakat. Ketua MUI juga sudah menyampaikan akan menjalin MoU dengan TNI, Polri dan pemda untuk melakukan sosialisasi. Kita akan membuatkan materi atau kegiatan yang dilakukan berikutnya, tujuannya kepada pelajar,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, mantan teroris ini mengaku awalnya tidak dekat dengan Islam. Kemudian baru mulai belajar mengenai Islam, tetapi dengan guru yang tidak tepat. Belum lagi ada juga yang belajar hanya dengan akses internet atau website yang kebetulan web tersebut sesat. “Nah, setelah mereka pelajari masalah itu, barulah mereka mulai sadar. Mereka menyesali perbuatannya setelah kepikiran dengan keluarganya. Macam-macam hidayahnya dan itu mereka sampaikan sendiri pada kegiatan ini,” jelas dia.
Dicky menambahkan, tugas untuk mantan teroris asal WNI ini lebih tepatnya sebagai pihak yang membantu. Seperti menyiapkan persenjataan, bahan peledak dan amunisi seperti kejadian di Aceh dan Cirebon. “Pernah melakukan perekrutan juga. Bahkan salah satu yang direkrut itu yang menyadarkan dia. Setelah dia bicara dibalikin dan dinasehati sama calon yang mau direkrutnya sehingga dia sendiri yang sadar,” tutupnya.
(rez/b/els/run)