Senin, 22 Desember 2025

Penimbun Sembako Dipenjara 5 Tahun dan Denda Rp50 M

- Rabu, 20 Desember 2017 | 12:00 WIB

-

METROPOLITAN – Kenaikan harga telur dan tomat jelang akhir tahun menjadi perhatian Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bogor. Mereka turun ke Pasar Cibinong, kemarin. Selain mengecek harga dan stok kebutuhan pangan, Forkopimda Kabupaten Bogor juga mengantisipasi penimbunan oknum pedagang nakal. Sebab aksi penimbunan barang terma­suk tindak pidana.

Kapolres Bogor AKBP Andy Muhammad Dicky Pastika pun mengancam akan mempidanakan pelaku penimbun yang memanfatkan momentum tahun baru. Jika memang ada distributor maupun pedagang yang nakal dengan menimbun barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu padahal saat itu barangnya sedang langka bakal dijerat Pasal 107 dan pasal 25 ayat (1) Undang-undang nomor 7 tahun 2014. Orang tersebut terancam hukuman pidana atau penjara selama lima tahun atau denda paling banyak Rp50 miliar. “Jika ada penimbunan sembako baru kita tindak, sesuai dengan pasal yang berlaku,”katanya.

Dari hasil pengecekan di pasar, Forkopimda Kabupaten Bogor menyebut stok barang masih stabil meskipun harganya merangkak naik. Seperti yang dituturkan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bogor Dace Supriadi. Menurut dia, kenaikan harga telur, ayam potong dan cabai masih normal karena di bawah sepuluh persen. Jika harga mulai naik melebihi harga normal dan terjadi kelangkaan, pihaknya baru melakukan operasi pasar. “Masyarakat jangan terlalu gusar karena stok sembako hingga di penghujung tahun masih aman. Dari libur pasar rakyat ataupun PD Tohaga masih melayani kebutuhan masyarakat, tidak tutup,” katanya.

Dace juga menyebut, harga sembako di akhir tahun ini relatif lebih murah karena musimnya lebih stabil dan mempengaruhi produktifitas serta kualitas produksi. ”Kenaikan harga hanya terjadi pada komoditi ayam negeri, telur dan cabai dengan selisih Rp1.000-Rp2.000,” jelas Dace.

Sementara itu, pedagang Telur di Pasar Cibinong Dimas (22) mengaku, kenaikan sudah mulai terasa awal Desember. Hal ini diakibatkan pakan ternak yang mahal dan lambatnya kiriman telur dari distributor. Kenaikan harga telur, tentunya berdampak menurunnya konsumen telur. Biasanya mereka membeli lebih dari dua kilogram, sekarang rata-rata hanya beli satu kilogram. “Harga telur per kilo dari Rp23 ribu sekarang Rp25,500, naik Rp2.500 per kilo. Tidak menutup kemungkinan hingga akhir tahun bisa mencapai Rp26 ribu, ”ujarnya pedagang yang sudah empat tahun berjualan di Pasar Cibinong ini.

Sementara itu di Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor puun mengantisipasi berbagai masalah terkait ketersediaan dan harga pangan di pasar. Kepala Bidang Metrologi dan Tertib Niaga Disperindag Kota Bogor Mangahit Sinaga menuturkan, dari sejumlah komoditi kebutuhan pangan, hanya stok susu kental manis yang mengalami kenaikan cukup signifikan, ditambah ketersediaannya yang memang juga kurang. “Dari pantauan kami dilapangan, yang naik tinggi cuma susu kental manis, itu sampai 16 persen. Stoknya juga kurang di pasar-pasar, kehilangan stoknya juga sejalan dengan nilain kenaikannya. Selain itu, cabai rawit naik enam persen, kol naik empat persen, serta yang lain cenderung stabil. Sedangkan harga ayam kampung turun. Rata-rata stok sih aman,” katanya kepada Metropolitan, kemarin.

Mangahit menambahkan, ada berbagai kemungkinan yang mempengaruhi kenaikan harga susu kental manis di pasar-pasar, diantaranya menipisnya jumlah stok, dan pengurangan jumlah impor. “Kami sudah laporkan ke kementerian, soalnya kan pabriknya tidak di Bogor, jadi kami tidak bisa teliti. Kalau untuk susu, kecil kemungkinan karena adanya penimbunan, namun tetap kami proses pencarian faktanya,” tandasnya.

Sebagai antisipasi, lanjutnya, pemkot sudah menyiapkan agenda menggelar operasi pasar begitu ada kenaikan rata-rata harga di pasar mencapai 10 persen. Apalagi, jika merunut pengalaman tahun lalu, tren kenaikan harga saat akhir tahun mencapai tujuh persen. “Kestabilan harga terpengaruh cuaca, tukang pikul kan naik harganya, pengamanan naik harganya, ujung-ujungnya berpengaruh terhadap harga konsumsi. Kalau misalnya tren harganya naik terus, kami siap operasi pasar, kami sudah on-schedule, pokoknya begitu ada kenaikan rata-rata harga 10 persen, oke kami langsung gelar operasi pasar,” imbuhnya.

Menurutnya, sudah ada kesepakatan dengan Muspida, untuk memudahkan proses operasi pasar. “Jadi tidak perlu prosedur macam-macam, tinggal telepon saja. Sebetulnya kan operasi pasar itu memukul harga, kasihan pedagang, itu upaya akhir dari pemerintah menindak lanjuti kesediaan stok pangan.” tuntasnya. (ryn/ads/c/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X