Minggu, 21 Desember 2025

Hari Ini Program Sekolah Ibu Dievaluasi

- Selasa, 7 Agustus 2018 | 09:07 WIB

METROPOLITAN – Kebija­kan Sekolah Ibu yang digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menuai prokontra bela­kangan ini. Berbagai kritikan dari anggota DPRD hingga elemen masyarakat terus ber­gulir. Terlebih soal payung hukum pengguna anggaran dan jumlah anggaran itu sen­diri yang dianggap ‘wah’. Be­lum lagi kebijakan ini diang­gap tumpang tindih dengan kebijakan yang sudah ada, seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Pro­gram Keluarga Harapan (PKH). Menanggapi hal itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto men­gatakan, hari ini bakal mengun­dang semua stakeholder kebi­jakan Sekolah Ibu untuk dilaku­kan evaluasi. Untuk mendengar­kan semua aspirasi dan kririkan soal kebijakan yang bermula dari program Pembinaan Kese­jahteraan Keluarga (PKK). “Akan didengarkan semua kritiknya, aspirasinya dan besok (hari ini, red) ada evaluasi,” kata Bima, kemarin. Meski begitu, Bima menging­inkan semua kebijakan yang ada tetap berjalan, baik PKBM, PKH, hingga Sekolah Ibu sendiri. Men­urutnya, harus tetap harus jalan dengan penguatan di berbagai elemen, seperti payung hukum atau alokasi anggaran. “Yang pasti kita akan evaluasi, saya akan mendengarkan kritik-kritik nya dimana saja. Itu kan disesuaikan dengan standar biaya, itu tidak ada alokasi honor dan sebagai­nya, tidak ada. Hanya semacam transport peserta, ini bahkan sangat kecil sekali. Nilainya ku­rang tahu berapa, detailnya di Bappeda,” ucapnya.

Pemerintah Kota (Pemkot), kata Bima, sering dikritik dan diminta untuk serius memper­hatikan masalah-masalah so­sial, seperti tingginya angka tawuran, narkoba dan perce­raian. Ia menilai, Sekolah Ibu jadi upaya penguatan nilai di keluarga. “Tapi sekarang kita lihat kembali sistem pengang­garannya, bagaimana angkanya. Kalau bicara urgensi, ini sangat perlu sekali, cuma kritiknya akan didengarkan semua,” paparnya.

Terpisah, Kepala Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan (Sos­budpem) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Rudiyana pernah menuturkan, program Sekolah Ibu didasari kolaborasi Pemkot Bogor dengan TP-PKK. Melihat kesuksesan Sekolah Ibu di tiga kelurahan yang sudah berjalan sebelumnya, yang terbukti men­ekan angka perceraian. “Selain itu, program tersebut juga sudah sesuai dengan enam skala prioritas yang ditetapkan dalam Perda Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangu­nan Jangka Menegah Daerah (RPJMD). Kalau soal pemkot menunjuk kecamatan dan ke­lurahan sebagai pengguna ang­garan, hal itu terdapat dalam PP 17 Tahun 2018 tentang kecama­tan. “Sekolah Ibu upaya sosiali­sasi program pemerintah. Itu juga takkan menambah kegia­tan baru di kecamatan serta kelurahan,” kata Rudi. Dia menambahkan, program Sekolah Ibu di 2018 hanya akan melahirkan dua angkatan dengan biaya sebesar Rp20 juta perke­lurahan per angkatan. Sudah termasuk honor instruktur se­besar Rp100 ribu perjam, di­mana sekali pertemuan terdiri dari dua jam. Sebulan ada empat pertemuan. “Sedangkan uang saku kepada peserta hanya Rp15 ribu untuk transport, per-perte­muan, serta snek Rp10 ribu pe­rorang” imbuhnya. Untuk 2019, lanjutnya, pemkot melalui usulan dari kecamatan akan menganggarkan Rp120 juta per kelurahan. Jumlah itu menurun dari rencana semula yang akan menggelntorkan dana Rp150 juta per kelurahan. Sebab, akan ada empat angkatan di 2019, sedangkan tahun ini baru satu angkatan. “Rinciannya tidak banyak berubah, hanya ada penambahan Rp15 juta per ke­lurahan untuk pembelian alat tulis kantor dan biaya snack di­tambah menjadi Rp20 ribu dari sebelumnya Rp10 ribu untuk satu orang. Honor instruktur tetap sama Rp100 ribu pe rjam, dan uang saku peserta juga ma­sih Rp15 ribu per pertemuan,” pungkasnya. (ryn/b/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X