Senin, 22 Desember 2025

Sekolah Ibu nggak Jelas

- Selasa, 15 Januari 2019 | 08:07 WIB

METROPOLITAN – Kontroversi Program Sekolah Ibu di Kota Bogor hingga kini masih menjadi bahan perbincangan hangat di sejumlah kalangan. Dampak yang diberikan bagi Kota Hujan rupanya tidak se­banding dengan anggaran yang dikeluarkan. Hingga kini ketidak­jelasan alumni pasca-mengikuti Sekolah Ibu menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Terlebih, be­berapa poin ditengarai tidak ada dampak positif akan keberadaan program yang secara resmi diber­lakukan pada Juli 2018 tersebut. Menekan angka kekerasan terhadap anak adalah salah satu poin yang termaktub sekaligus menjadi alasan kuat adanya Sekolah Ibu di Kota Bogor. Meski Sekolah Ibu diyakini sebagai program ampuh dalam menekan angka tersebut, fak­ta di lapangan berbanding terbalik dengan apa yang di­harapkan. Berdasarkan data yang dipero­leh dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bogor, sejak 2017 ada 30 kasus kekerasan terhadap anak. Ang­ka itu terus meningkat saat me­masuki 2018. Sebanyak 46 kasus ditangani KPAI Kota Hujan. Sementara menurut data Di­nas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Bogor, sejak 2017 tercatat ada 57 kasus kekerasan terhadap anak di Kota Hujan yang masuk catatan. Sementara jika mengacu pada data dari sumber yang sama pada 2018, angka tersebut me­ningkat menjadi 63 kasus. Hal itu tentu menjadi tanda tanya besar bagi Kota Hujan yang menyandang status sebagai Kota Layak Anak. Tak hanya itu, banyaknya peserta dengan latar belakang Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kelurahan, kader posyandu hingga kaum ibu yang merupakan sanak-saudara dari ketua RT dan RW di setiap kelurahan, seolah menjadikan program tersebut terkesan hanya untuk sekelom­pok dan golongan orang ter­tentu. Hal itu perlu digaris­bawahi lantaran Sekolah Ibu merupakan program bagi masyarakat umum. Selain tidak memiliki dampak besar terhadap Kota Hujanhingga ketidakjelasan bagi alumninya, Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Bogor, Atty So­maddikarya, menilai Sekolah Ibu terlalu didominasi segelin­tir orang. Terlebih, mereka yang ikut ambil bagian dalam PKK juga kaum ibu yang aktif men­jadi kader posyandu di setiap kelurahan. “Peserta Sekolah Ibu biasanya hampir sebagian besar didominasi kader PKK, kader posyandu hingga istri RT. Tentu ini perlu digarisbawahi bagi semuanya,” ujarnya. Atty sangat menyayangkan APBD daerah yang seharusnya bisa digunakan untuk keper­luan lebih penting terbuang percuma. Sebab, sebelum dikeluarkannya anggaran Se­kolah Ibu, anggaran tersebut rencananya dialokasikan un­tuk kebutuhan sosial di 68 kelurahan Kota Hujan. “Awal­nya anggaran Sekolah Ibu pada 2019 akan dialihkan untuk kebutuhan lebih penting, seperti penyediaan mobil ambulans bagi 68 kelurahan di enam kecamatan Kota Bo­gor,” bebernya. Sementara itu, seorang pe­serta Sekolah Ibu di Kelurahan Mekarwangi, Nurhasanah, membenarkan adanya domi­nasi golongan ibu tertentu dalam program Sekolah Ibu di kelurahannya. Ia mengaku tidak mengetahui pasti jika hal ser­upa terjadi di beberapa kelu­rahan lain di Kota Hujan. “Ka­lau soal itu saya kurang tahu pasti. Tapi ada juga kok pe­serta dari ibu-ibu PKK dan para kader,” aku wanita yang akrab disapa Nui itu. Lalu, Kepala Dinas Pember­dayaan Masyarakat Perem­puan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Bogor, Arti­ana Yanar Anggraeni, menga­ku tidak bisa membenarkan secara pasti fenomena terse­but lantaran keterbatasan akses di setiap kelurahan dan data yang ada. Meski begitu, pihaknya tidak terlalu mem­permasalahkan dominasi golongan tertentu dalam pro­gram Sekolah Ibu. Bahkan, ia seolah mendukung adanya dominasi golongan ibu tertentu dalam program yang memakan anggaran Rp3.800.440.000 miliar terse­but. Hal itu sangat disayang­kan karena program Sekolah Ibu bukan milik segelintir orang. “Kalau benar atau tidaknya saya tidak tahu persis. Kalaupun itu terjadi, menurut saya pri­badi sih sah-sah saja, karena mereka adalah pioner tangguh yang jadi panutan di setiap kelurahan. Mereka yang mau bergerak dan menggerakkan,” pungkasnya. (ogi/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X