METROPOLITAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mulai mewaspadai wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Wabah ini diprediksi muncul awal 2019 lantaran peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Sepanjang 2018 tercatat ada 727 kasus DBD, empat di antaranya meninggal di 25 puskesmas Kota Bogor. Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Surveilans (P3MS) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sari Chandrawati, mengatakan, setiap tahun puncak penyebaran DBD itu ada pada Desember sampai Januari. “Pemerintah terus berupaya melakukan langkah pencegahan, yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menggencarkan 3M,” terangnya saat ditemui wartawan koran ini di ruang kerjanya, kemarin. Menurut dia, Kota Bogor telah mengalami penurunan kasus DBD setiap tahunnya. Di sepanjang 2018 tercatat ada 727 kasus DBD dari 25 puskesmas di 68 kelurahan Kota Hujan. Sedangkan pada 2015 sebanyak 1.107 kasus. Lalu pada 2016 sebanyak 1.125 kasus dan 847 kasus pada 2017 dengan enam orang dinyatakan meninggal dunia. ”Pada 2018 penderita DBD sebanyak 727 kasus. Empat di antaranya meninggal dunia,” ungkapnya. Sari menjelaskan, target Insiden Rate (IR) 2018 berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah 47/100.000. Sehingga dengan jumlah penduduk Kota Bogor saat ini, kasus DBD seharusnya tidak melebihi 500 kasus. “Mencapai hal itu, pemerintah terus berupaya memantau jentik nyamuk oleh kader, siswa maupun unsur masyarakat lainnya,” bebernya. Menurut Sari, dinkes sudah melatih para kader jumantik dari unsur masyarakat dan sekolah. Mereka sudah melakukan PSN minimal satu kali dalam seminggu. Upaya tersebut dilakukan serentak setiap minggunya. Jika PSN dilakukan dengan baik, maka fogging atau pengasapan tak perlu lagi. Fogging tidak bisa sembarangan dilakukan lantaran memiliki syarat tertentu. Jika ada penderita DBD di wilayah, sambung Sari, maka petugas akan menyelidiki epidemiologi. Lalu, petugas akan memeriksa rumah-rumah dalam radius 100 meter. “Intinya, ketika terjadi penularan berarti ada nyamuk yang harus diberantas melalui upaya PSN fogging. Upaya ini wajib dilakukan jika sebelumnya telah melakukan 3M seminggu sekali,” jelasnya. Sementara itu, Eddy Dharma dari RSUD Kota Bogor mencatat, pihaknya telah merawat 37 pasien yang mengidap DBD hingga Januari 2019. Pasien DBD itu ada dari luar Bogor. Itu perlu diwaspadai karena jumlah tersebut terbilang besar untuk mengawali tahun di bulan pertama. “Antisipasi dari pihak kami yang utama yakni ketersediaan tempat bagi pasien. RSUD telah menyiapkan itu semua. Semoga tidak banyak pasien yang terjangkit DBD,” katanya. (ads/d/yok/py)