Senin, 22 Desember 2025

Dewan Tolak Merger Dua Terminal

- Kamis, 17 Januari 2019 | 07:48 WIB

METROPOLITAN - Rencana dilakukannya merger (penggabungan, red) antara Terminal Bubulak dan Laladon, mendapat penolakan dari DPRD Kota Bogor. Hal ini dikatakan Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor, Mahpudi Ismail, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, kemarin. “Seharusnya keberadaan Ter­minal Bubulak itu harus tetap dipertahankan, karena sudah mengakar di Kota Bogor,” katanya. Mahpudi meminta Pemkot Bogor tetap mempertahankan Terminal Bubulak karena pelbagai kegia­tan operasional angkutan di sana masih berjalan. “Di sana itu ada angkot, bus Trans Pakuan dan APTB. Selain itu, Terminal Bubulak juga menjadi salah satu lokasi potensi PAD di Kota Bogor,” bebernya. Jika Terminal Bubulak dihilang­kan, otomatis PAD di Kota Bogor akan berkurang. Masalah itu ha­rus dipikirkan, jangan sampai merger malah menghilangkan potensi PAD. “Meski saat ini un­tuk sarana dan prasarana Termi­nal Bubulak kurang memadai. Pemerintah seharusnya renovasi di sana,” katanya. Sebelum dila­kukan merger terlebih dulu, maka harus ada kajian mendalam dan komprehensif, seperti aspek sosial dan lainnya. “Saya rasa Pemkot Bogor harus lebih hati-hati dan jeli dalam memutuskan soal merger terminal itu. Kami di dewan sam­pai saat ini belum mengetahui kaitan rencana itu dan nanti akan ditanyakan ke Pemkot Bogor,” tukasnya. ­ Sebelumnya diberitakan, ren­cana digabungnya Terminal Bubulak dan Laladon rupanya mendapat penolakan dari Or­ganisasi Angkutan Darat (Or­ganda) Kota Bogor. Hal ini dikatakan Ketua Organda Kota Bogor, Moch Ischak, saat ditemui wartawan koran ini, kemarin. Menurut dia, kon­disi Terminal Bubulak yang saat ini tidak terurus dan sem­rawut, lebih baik dibenahi bu­kan malah digabung atau di­hilangkan. “Jika pemkot bisa mengelola Terminal Bubulak dengan baik, itu malah bisa meningkatkan PAD Kota Bogor. Sayangnya, kondisi terminal perbatasan antar-Pemkot Bogor dan Ka­bupaten Bogor saat ini kondisi­nya memprihatinkan dan tidak urus,” kata Ischak. Menurut dia, wali kota Bogor seharusnya memperbaiki sarana dan prasarana Termi­nal Bubulak, bukan malah menghilangkannya dengan cara penggabungan dua ter­minal. Ketika Terminal Bubulak dan Laladon digabung, oto­matis tipe terminal naik men­jadi tipe B dan pengelolanya oleh Pemprov Jabar. “Kalau sudah diambil Pemprov Jabar, dampaknya Pemkot dan Pem­kab Bogor bakal kehilangan PAD,” ungkapnya. Jika melihat sejarah pembangu­nan kedua terminal, sambung dia, di wilayah tersebut per­tama kali dibangun itu Termi­nal Bubulak baru kemudian Terminal Laladon. ”Saya ber­harap keberadaan Terminal Bubulak dipertahankan, bukan malah dihilangkan karena bisa menghilangkan PAD Kota Bo­gor, “ tegasnya. Sementara itu, seorang sopir angkot 05 jurusan Bubulak-Leuwiliang, Sarwa, mengung­kapkan, dengan adanya izin pembangunan pasar menja­dikan Terminal Laladon belum memiliki legalitas. Sebab, izin Terminal Laladon itu awalnya pasar, tapi kini malah men­jadi terminal. “Awalnya cuma terminal bayangan karena ada pasar, tapi kini malah men­jadi terminal beneran,” be­bernya. Sarwa menjelaskan, Terminal Bubulak sampai saat ini masih sepi penumpang dikarenakan akses jalannya melewati per­kampungan. Sehingga masy­arakat maupun penumpang lebih memilih Terminal Laladon yang jalannya lebih memuda­hkan penumpang untuk sam­pai ke tujuan. “Pertama akses di Laladon lebih berjalan, lebih mudah, tinggal lurus melewati jalan provinsi, kalau kita masuk ke Sindangbarang masyarakat tidak mau, pertama dari jalan­nya banyak perkampungan,” katanya. Menurut Sarwa, para sopir berharap dan lebih se­tuju, terminal tersebut dijadi­kan satu demi memudahkan akses jalan untuk memudahkan masyarakat Bogor. “Lebih setuju terminal salah satu saja antara Bubulak atau Laladon. Harapannya dari segi fasilitas jalannya lebih di­perbaiki, misalnya lampu dan jalannya,” pungkasnya.(ads/c/yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X