Menekan angka pengangguran di Kota Bogor merupakan satu dari 28 Indikator Kinerja Utama (IKU) pemerintahan di bawah komando Wali Kota Bogor Bima Arya dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim.
DALAM keterangan tertulisnya, Bima menjelaskan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM), laju pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin hingga tingkat pengangguran terbuka adalah beberapa poin yang menjadi indikator makro pembangunan Kota Bogor pada 2019-2024.
“Berdasarkan data 2018, angka pengangguran di Kota Bogor mencapai 9,28 persen. Kami akan menjalin kerja sama dengan perusahaan skala kecil, menengah dan besar agar memberikan kesempatan kepada calon lulusan SMK di Kota Bogor,” terangnya.
Tak hanya itu, ia juga bakal berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk menentukan materi kejuruan yang marak dibutuhkan perusahaan sebagai upaya penyerapan lapangan pekerjaan.
Disinggung soal target, orang nomor satu di Kota Hujan itu siap menurunkan angka pengangguran menjadi 7,6 persen pada 2024. “Intinya, kami akan berusaha semaksimal mungkin menekan angka pengangguran,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Penempatan dan Perluasan Kerja, Dwi Aang Kunaifi, mengatakan, angka pencari kerja (pencaker) kerap mengalami perubahan di setiap tahunnya. Terhitung pada 2011 hingga 2017, angka ini mengalami peningkatan dan penurunan. “Angka pencari kerja tidak stabil dan relatif berubah sejak enam tahun terakhir,” katanya.
Pada 2011, angka pencari kerja di Kota Bogor mencapai 436.2016. Tahun berikutnya, angka tersebut mengalami penurunan menjadi 422.528. Tepat pada 2013 dan 2014, angka pencaker terus naik menjadi 447.488 dan 458.665. “Untuk 2015 angkanya turun menjadi 450.925, terus naik kembali menjadi 495.824 pada 2017,” pungkasnya. (ogi/c/yok/py)