Senin, 22 Desember 2025

Keropos, Bendung Cibagolo Tunggu Waktu Ambruk

- Rabu, 17 Juli 2019 | 12:34 WIB

METROPOLITAN – Kurang lebih empat bulan dibentuk, Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung rupanya menemukan banyak kesulitan dalam melakukan tugasnya membersihkan dan mengembalikan fungsi sungai. Selain penumpu­kan sampah disepanjang aliran sungai mulai dari Bendung Katulampa hingga wilayah Kecamatan Tanahsareal, rupanya beberapa bendung punya tingkat kerawanan tinggi.

Diantaranya Bendung Cibagolo Lebak Pilar, yang menghubungkan antara wilayah Sempur dengan Bantarjati. Kondisinya saat ini cukup memprihat­inkan lantaran konstruksi bendung yang sejak zaman kolonial itu rawan ambruk. Hal itu diung­kapkan Sekretaris Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung Een Irawan Putra.

Ia mengatatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan konstruksi sejak satgas mulai bekerja. Hanya saja, Bendun­gan yang juga dikenal dengan Dam Cibagolo itu menjadi kewenangan Balai Besar Wi­layah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane. Tim juga sudah menyampaikan perihal rawan ambruknya dam itu ke BBWS Ciliwung-Cisadane untuk segera ditindak lanjuti.

“Sudah cek konstruksi, kita sudah kirim fotonya ke BBWS Ciliwung-Cisadane, kita sam­paikan itu konstruksinya su­dah parah, dan tinggal nung­gu waktu saja itu untuk ambruk, kalau tidak segera ditangani,” katanya kepada Metropolitan di bilangan Bantarjati, kema­rin.

Kawasan sungai dekat dam itu, sambung dia, berada di kedalaman kurang lebih 10 meter dan membagi dua ali­ran sungai, sungai utama Ciliwung dan anak sungai Cibagolo yang sejatinya untuk irigasi, yang ujungnya ber­temu kembali di wilayah Warungjambu. Ia pun sudah meminta untuk segera di­bantu dan ditindaklanjuti untuk antisipasi ambruknya bendungan. Een melanjutkan, kondisi konstruksi dam saat ini sudah keropos dimakan usia, dengan posisi dam meng­gantung. Jika terus digilas arus sungai deras atau banjir, bisa saja membuat bendun Ciba­galo ambruk.

“(Posisi) Dam-nya meng­gantung. Imbasnya kalau ambruk? Ya dorongan air bakal lebih kencang karena bendungannya ambruk, im­basnya juga ke hilir. Jadi itu satu, PR (Pekerjaan Rumah, red) kita dan pihak terkait, soal konstruksinya. Memang bukan kewenanagan Pemkot Bogor, tapi dibbawah BBWS, dibawah wewenang Kement­rian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR),” ungkap Een.

Secara umum, Sungai Ci­liwung melintasi 13 kelura­han se-Kota Bogor. Kondisi­nya saat ini memang masih dipenuhi sampah dengan sedimentasi sungai yang tinggi. Mulai dari katulampa hingga tanahsareal. PR me­reka juga untuk menyosia­lisasikan agar warga tidak lagi membuang tinja ke sungai. Setelah itu, baru per­soalan pemukiman atau bangunan yang ada di se­panjang sempadan sungai. “Masalah terbesar sampah, warga masih buang tinja, sedimentasi, meskipun kita belum pernah secara langs­ung ukur ya, tapi itu sudah parah. Terakhir baru soal sempadan sungai, itu paling sulit,” tutup Een. (ryn/c/yok)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X