METROPOLITAN – Wacana pelebaran Jembatan Otto Iskandardinata (Otista) di Kecamatan Bogor Tengah diprediksi berlangsung pada 2020. Program ini mengharuskan Pemerintah Kota Bogor segera mengkaji pembebasan lahan di sepanjang jembatan. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengatakan, pelebaran jalan dilakukan karena lokasi ini merupakan salah satu penyebab kemacetan.
“Tumpukan kendaraan selalu terjadi karena lokasi jembatan yang sempit, makanya kami ingin lebarkan,” kata Dedie.
Ia mengatakan, pembebasan lahan sudah diajukan pihaknya pada anggaran perubahan dengan nilai Rp10 miliar. Bahkan, perluasan jembatan sudah masuk dalam proses Detail Engineering Design (DED).
“Sedang dilaksanakan revisi DED dan pengukuran peta bidang. Peta bidang kita dahulukan sekarang agar perubahan bisa untuk appraisal dan pembebasan tanahnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi, mengatakan, Pemkot Bogor mengusulkan perbaikan pelebaran jembatan di Jalan Otista untuk anggaran 2019. Mengingat, jembatan di lokasi tersebut kerap kali menyebabkan kemacetan di seputaran jalur Sistem Satu Arah (SSA).
“Sebetulnya semua sumber kami usulkan, baik ke provinsi maupun ke pusat. Namun sepertinya cenderung oleh dana Provinsi Jawa Barat,” imbuhnya.
Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Kota Bogor, Mahpudi Ismail membenarkan, adanya proyek pelebaran jalan di Jembatan Otista. Ia juga mengamini nominal pembebasan lahan senilai Rp10 miliar. Namun dirinya pesimis, jika pembebasan lahan bisa rampung pada tahun ini.
“Pembebasan lahan tidak mungkin dilakukan sepenuhnya dalam masa anggaran perubahan, karna kita juga tidak berani melakukan itu, karna waktu durasinya pendek cuma berapa bulan saja, takutnya nanti memaksakan,” katanya. Menurutnya, progres pembebasan lahan membutuhkan waktu yang panjang. (ogi/c/yok)