METROPOLITAN – Kamis (29/8) pagi, menjadi hari-hari biasa bagi Ibu Iis (45), warga Kampung Pulogeulis RT 1/4 Kelurahan Babakanpasar, Kecamatan Bogor Tengah, yang tengah memasak makanan tradisional combro, yang bisa ia dagangkan ke sekeliling kampung hingga Pasar Bogor.
Sekitar pukul 07:30 WIB, saat tengah memasak gorengan combro ‘yang terakhir’, bruuukk.. tiba-tiba saja tubuh wanita asal Cianjur jatuh dan terbawa material longsoran teras rumah yang dijadikan dapur itu.
Sembari mengenakan daster, Iis sempat tertimbun diantara material longsoran yang berupa beton dan keramik, serta batu kali. Sebab, rumah yang ia kontrakan bersama suami dan tiga orang pekerja itu berada persis di batas pinggiran Sungai Ciliwung. Iis jatuh bersama longsoran sedalam 5-7 meter. Untung saja, ketinggian air sungai tidak terlalu tinggi, sehingga Iis tidak sampai terbawa aliran sungai.
“Waktu itu nggak ada angin, nggak ada hujan. Saya sedang masak combro, tiba-tiba saja pas mau matiin kompor, saya terbawa longsoran dan ambruk kebawah. Sadar nggak sadar sih, pokoknya tertimpa kena kepala dan tubuh. Saya juga bangun dan naik sendiri,” kata Iis saat ditemui Metropolitan di kediamannya, kemarin.
Untung saja, nyawanya bisa terselamatkan. Selang beberapa waktu, warga pun berhamburan datang menolong wanita itu. Akibatnya, ia pun mengalami luka di kepala, sehingga harus mendapat enam jahitan serta luka di kaki akibat tertimpa reruntuhan dan keramik rumah. “Dibawa ke puskemas Belong, karena harus dapat jaitan, akhirnya dibawa ke RS Vania. Dua jam dapat perawatan, saya kembali ke rumah lagi,” ujarnya
Kondisi bekas longsoran pun kini sudah ditutup terpal oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor. Hujan yang terjadi di hari sebelumnya, ditengarai jadi penyebab. Tetangga korban, ibu Rohmah (52) mengaku sempat mendengar suara gemuruh di sekitaran pinggiran sungai, namun ia tidak menyangka, gemuruh itu berujung pada rumah tetangganya yang longsor.
“Saya sih sempat denger ada suara gemuruh, tapi nggak nyangka didepan rumah ini. Tahu-tahu bu Iis terbawa longsoran, sementara kompor ngegantung masih nyala, gorengan combro juga berhamburan ke bawah. Berdarah ya mungkin ketimpa keramik. Kan udah lama nggak hujan, ini tiba-tiba deras, jadi mempengaruhi struktur tanah kan dekat sungai,” ujarnya.
Sementara itu, Lurah Babakanpasar, Rena da Frina mengaku tidak bisa berbuat banyak, lantaran posisi rumah yang memang berada di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Ia juga tidak bisa mengajukan perbaikan lewat bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) karena hanya mengontrak dan bukan rumah sendiri. Ia mengaku di sepanjang pinggiran Sungai Ciliwung, apalagi di kampung Pulogeulis, berdiri banyak bangunan warga yang berbahaya dan rawan terbawa longsoran aliran sungai.
“Kita sedang upayakan invetarisir, berapa jumlahnya, karena kan memang bahaya itu rumah rempet sekali dengan sungai, masuk DAS. Tapi kita upayakan bantuan, kita himbau juga mulai hati-hati, karena sudah mulai sering hujan,” tutup mantan Lurah Sempur itu. (ryn/c/ yok)