Senin, 22 Desember 2025

Macet dan Bahaya Intai Pengendara

- Kamis, 12 September 2019 | 09:07 WIB

METROPOLITAN – Masyarakat Bogor yang biasa berkendara melewati Jalan Sholeh Iskandar, tepatnya di sepanjang proyek Jalan Layang Tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi IIIA, dipastikan harus lebih menahan emosi lebih dalam selama tiga bulan kedepan. Sebab pekerjaan milik PT Marga Sarana Jabar (MSJ) itu akan melewati tahapan pekerjaan erection box girder, yang memaksa rekayasa lalu lintas. Terlebih, ancaman bahaya dari pekerjaan pembangunan yang kini siang malam harus dilewati pengendara.

Pekerjaan yang membentang dari Simpang Yasmin-Simpang Semplak tersebut direncanakan berlangsung selama September sampai pertengahan Desember 2019. Selama itu, proyek fisik yang menelan anggaran Rp1,165 triliun itu akan menerapkan rekayasa lalu lintas, berupa contra-flow dan buka tutup jalur, pada saat pemasangan 100 boks girder disisa waktu. Sebab, untuk memasang material, harus ada penghentian kendaraan beberapa menit.

Pria gempal itu menjelaskan, pekerjaan baru dimulai pada Senin (17/9) dan harus rampung pada 15 Desember mendatang. Tentu dengan waktu yang sempit, resiko kalau molor berpengaruh molornya peresemian.

“Makanya sekarang kita pakai empat alat disepanjang Simpang Yasmin-Semplak, untuk angkat beton yang sudah jadi, kan tinggal pasang itu mah. Pokoknya Oktober harus sudah nangkring semua,” kata Direktur Utama PT MSJ Hendro Atmodjo kepada awak media, kemarin.

Selama pelaksanan, pihaknya memastikan potensi kemacetan parah akan terjadi, karena dalam pemasangan beton, jalur yang dibawahnya harus steril sehingga harus menghentikan sementara arus kendaraan beberapa saat. “Trafic managemen-nya kita ada kontra flow, ada petugas yang atur, pemasangan rambu-rambu tambahan. Yang pasti ini memang akan macet luar biasa, kita minta dukungan dari masyarakat, untuk lebih maklum,” terangnya.

Ia menjelaskan, sejauh ini progres proyek baru mencapai 54 persen. Namun Hendro optimis pekerjaan yang dilakukan PT PP bisa selesai sesuai target, yakni akhir Desember. Dengan demikian, paling cepat jalan akan bisa beroperasi pada Maret, setelah melewati serangkaian tahapan akhir mulai dari pemasangan rambu, tes kendaraan, uji emisi dan pembahasan tarif. Menurutnya, presentase progres masih masuk dalam perencanaan. Sebab, porsi pengangkatan boks girder lebih besar. Ketika itu terpasang, presentase progresnya akan meningkat lebih tinggi.

“Kita sedang kejar sisa pemasanangan kepala tiang juga. Lalu yang agak besar nanti pemasangan ramp on-off (jalan masuk keluar tol) di Kayumanis Tahu Yunyi dan dekat Kantor Pos. Kami sih ingin paling lambat Juni itu bisa launching dan langsung operasi. Sehingga seksi berikutnya bisa jalan mulai Maret 2021,” imbuh Hendro.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Rakhmawati menuturkan, pemasangan beton jalan memang memakan space jalan dibawahnya, sehingga harus bersih dari kendaraan. Apalagi ini metode yang digunakan terbilang baru. “Kita sepakat, rekayasa lalin. Kecuali jam sibuk pada jam 5-8 pagi dan jam 17:00 sampai 20:00 WIB. Itu harus dua arah seperti sekarang,” jelasnya.

Istri dari camat Bogor Barat Pupung W Purnama itu menambahkan, dalam satu kali pengangkatan beton, butuh waktu sekitar tiga menit. Ketika itu selesai, baru arus bisa jalan kembai. Dalam satu hari, bisa sampai 28 kali pengangkatan. “Kita tempatkan personil pada saat rekayasa,” ujarnya.

Berkaca pada pengalaman ambruknya Pierhead 109 beberapa bulan lalu, ia memastikan jalur-jalur alternatif perkampungan juga akan padat. Meski sempat dikeluhkan warga saat insiden karena macet sampai ke kampung-kampung, ia mengaku tidak bisa terlalu melakukan antisipasi.

“Makanya koordinas dengan wilayah, kecamatan dan kelurahan. Kan jalan seperti itu nggak banyak yang tahu, mungkin orang bogor saja yang tahu. Tapi tetap akan kami pantau,” tutup Rakhmawati. (ryn)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X