METROPOLITAN - H-3 Ramadan, permintaan berbagai jenis komoditi di pasar cenderung meningkat. Mulai dari sembako, sayuran, hasil peternakan hingga perikanan. Tak terkecuali jengkol yang menjadi penganan khas masyarakat Jawa Barat. Dari beberapa pasar di Kota Bogor yang ada di bawah Perumda Pasar Pakuan Jaya, harga jengkol masih cenderung tinggi bahkan hampir setara dengan harga daging sapi murni yang berkisar antara Rp110.000 sampai Rp120.000 per kilogramnya. Dari empat pasar besar di Kota Bogor, harga jengkol di Pasar Sukasari terhitung paling tinggi, di kisaran harga Rp60.000 per kilogramnya. ”Kalau dibandingkan harga daging sapi murni, bedanya hampir setengah harga, beda Rp50.000-Rp60.000-an,” kata Kasubbag Humas Perumda Pasar Pakuan Jaya, Riadul Muslim, kemarin. Setelah Pasar Sukasari, sambung Riadul, harga jengkol di pasar lain cenderung lebih murah. Sebut saja harga jengkol di Pasar Jambu Dua yang berbeda selisih Rp5.000 dengan harga jengkol di Pasar Sukasari, yakni Rp55.000 per kilogram. Lalu, harga jengkol di Pasar Gunungbatu cenderung lebih murah dibandingkan kedua pasar yang disebut lebih dulu itu. Harga jengkol di Pasar Gunungbatu berada di harga Rp40.000 per kilogram atau selisih Rp15.000-20.000. ”Sejauh ini sampai akhir pekan lalu harga jengkol segitu. Nah yang tercatat lebih terjangkau dibanding pasar-pasar tadi, ada di Pasar Bogor. Harga jengkol di Pasar Bogor jauh lebih murah dibandingkan yang lain, yakni Rp26.000 per kilogramnya,” ujarnya. Ia menyebutkan, faktor distribusi dan ketersediaan jengkol jadi pembeda harga di beberapa pasar se-Kota Bogor. Meski begitu, stok jengkol di pasar Kota Bogor cenderung cukup. Sebagian besar diperoleh dari Pasar Tekum. ”Sebagian lagi yang dijual di Pasar Sukasari itu dari Cipanas, Ciapus,” imbuhnya. Sementara itu, harga daging sapi murni cenderung stabil di empat pasar tersebut. Harganya berkisar antara Rp110.000 hingga Rp120.000 per kilogram, baik di Pasar Sukasari, Pasar Bogor, Pasar Gunungbatu hingga Pasar Jambu Dua. ”Stoknya juga cukup. Sebagian kita ambil dari IPB, Laladon hingga Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pejagalan,” tutup Riadul. (ryn/b/rez/py)