Mewabahnya virus corona hingga pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) rupanya berdampak luas. Belakangan banyak warga Kabupaten Bogor menggerutu lantaran dompetnya jebol akibat tagihan listrik yang naik tajam. Bahkan ada yang mencapai dua kali lipat. SEORANG ibu rumah tangga asal Kecamatan Kemang, Lela, mengeluhkan tagihan listrik Mei ini naik hampir dua kali lipat. Sebelumnya, tagihan listrik per bulannya ada di kisaran Rp280.000, namun tagihan terbaru malah meroket jadi Rp450.000. ”Bukannya diskon seperti yang lain, ini malah naik. Ya pasti kita komplain. Apa jangan-jangan ’subsidi’ untuk menutup stimulus Covid pelanggan pada kategori penerima ya,” katanya. Sementara warga lainnya asal Kecamatan Ciomas, Riska, tengah dibuat pusing dan aneh lantaran tagihan listrik di rumahnya naik lebih dari dua kali lipat. Ia sempat menanyakan kepada PLN dan diberi penjelasan soal catat meter (cater) mandiri pada pelanggan. Pegawai swasta yang tengah menjalani Work From Home (WFH) itu biasa membayar listrik di kisaran Rp150.000, namun kini naik menjadi Rp400.000. ”Katanya dihitung rata-rata tiga bulan terakhir. Tapi kok malah naik dua kali lipat? Memang kita WFH, tapi penggunaan listrik tidak terlalu banyak yang signifikan gitu. Apa jangan-jangan kita nggak masuk golongan yang dibantu, ya buat nutup tagihan yang gratis,” keluhnya. Hal serupa dirasakan warga Tajurhalang, Oni. Ia mengaku kaget karena tagihan listrik di rumahnya membengkak. Padahal, sejak pandemi, orang tua yang biasa tinggal di rumah sudah pulang kampung, sehingga seharusnya pemakaian berkurang. ”Tapi ini malah naik jadi Rp300 ribuan, sebelumnya nggak segitu. Apalagi penggunaan kan berkurang, tapi ini malah naik. Aneh,” herannya. Tak hanya di Kabupaten Bogor, warga Kota Bogor pun merasakan hal yang sama. Warga Kecamatan Bogor Tengah, Dodi (27), mengakui rumahnya tidak termasuk dalam golongan yang mendapat subsidi lantaran hanya berdaya 900V, namun ia tidak menyangka bakal mengalami kenaikan tarif yang signifikan yakni naik hingga Rp100.000. ”Bulan lalu Rp278.000, sekarang malah Rp362.000. Padahal pemakaian biasa, nggak banyak perubahan selama PSBB. Kaget naik banget,” keluhnya. Menanggapi hal tersebut, Account Executive Pemasaran Niaga PLN Bogor, Susan Khaerany, memastikan jika saat ini tidak ada kenaikan listrik. Harga masih sama dengan periode tiga bulan sebelumnya yang belum pernah naik sejak 2017. Adanya peningkatan tagihan rekening listrik pada pelanggan rumah tangga, sambung Susan, lebih disebabkan meningkatnya penggunaan listrik akibat adanya pandemi virus corona. Masyarakat jadi lebih banyak beraktivitas di rumah, sehingga penggunaan peralatan dengan listrik pun meningkat. Adapun yang dapat mempengaruhi pembayaran listrik atau pembelian token, yakni pemakaian alat elektronik lebih banyak atau lebih lama. ”Yang jarang disadari, kebanyakan WFH, laptop on colokan, belum lagi charge handphone ataupun masak dengan peralatan listrik. Satu lagi mohon dipastikan apakah saat akhir bulan lalu periode catat meter (cater) sudah lapor angka stan meter?” katanya. Untuk membantu masyarakat menghadapi pandemi, PLN memberikan stimulus berupa pembebasan tagihan rekening listrik pelanggan rumah tangga daya 450VA, pelanggan bisnis dan industri kecil daya 450 VA. Lalu, potongan tagihan sebesar 50 persen untuk pelanggan rumah tangga 900 VA bersubsidi. Tak hanya itu, PLN juga menangguhkan sementara proses pencatatan dan pemeriksaan stan meter bagi pelanggan pascabayar untuk menghindari penyebaran Covid-19. Sebagai gantinya, mulai rekening Mei 2020, PLN menyiapkan layanan WhatsApp terpusat bagi pelanggan yang ingin melaporkan angka stan dan foto kWh meter. ”Adapun besaran tarif yang berlaku untuk tegangan rendah sebesar Rp1.467/kWh, untuk R-1/900 VA RTM sebesar Rp1.352/kWh, untuk tegangan menengah sebesar Rp1.115/kWh dan tarif untuk tegangan tinggi sebesar Rp997/ kWh,” pungkasnya. (ryn/c/ rez/py)