METROPOLITAN - Dengan diperpanjangnya peraturan Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bogor, dampak penurunan ekonomi semakin terasa. Salah satunya sektor perhotelan. Ketua Persatuan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay, mengatakan, kondisi saat ini memang sangat merugikan pasar perhotelan dan sewa kamar. Walaupun sektor perhotelan masuk kategori jenis usaha yang dikecualikan agar tetap bisa beroperasi di masa pandemi, hal ini berdampak pada jumlah pengunjung hotel. ”Ya mau gimana lagi, cuma bisa gigit jari untuk sekarang,” katanya. Meski begitu, Yuno mengaku akan terus mendukung kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Ia berharap setelah PSBB dan masa pandemi selesai, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mau melakukan promosi pariwisata secara besar-besaran. ”Jadi, untuk sektor pariwisata ini pasti jadi primadona pascapandemi. Saya harap pemkot mau mendukung sektor pariwisata,” harapnya. Di sisi lain, pengamat ekonomi, Saefudin Zuhdi, menilai PSBB ini sangat berdampak pada perekonomian, baik pelaku usaha mikro ataupun makro. Sehingga kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan roda perekonomian. ”Jika pasar dan pedagang pakaian serta pengusaha di luar bahan pokok tidak boleh berjualan, ada baiknya disediakan satu portal belanja yang bisa diakses masyarakat. Jadi, pedagang tidak harus berjualan di pasar dan masyarakat tak perlu keluar rumah untuk berbelanja,” jelasnya. Untuk menjaga masyarakat tetap di rumah, sambung dia, ada baiknya pemkot menyalurkan bantuan berupa sembako. Ia mencontohkan jika Kelurahan Sempur bekerja sama dengan pedagang kelontongan atau agen sembako untuk pengadaan sembakonya, itu bisa menyelamatkan dua sektor sekaligus. Di mana pedagang bisa mendapat keuntungan dan masyarakat bisa mendapat bantuan. ”Alihkan semaksimal mungkin dari APBD terhadap solusi ini dan setop belanja APBD di sektor pembangunan bersifat fisik, tapi alihkan ke ekonomi masyarakat,” pungkasnya.(dil/c/feb/py)