METROPOLITAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor nampaknya masih gamang dalam menentukan kapan pelaksanaan kebijakan new normal pasca-selesainya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Bogor pada Jumat (29/5). Pemkab masih menimbang-nimbang berbagai aspek, mulai dari angka Reproduction Number (RO) yang masih menyentuh 1,2 hingga penyesuaian dengan pelaksanaan new normal di wilayah lain. Bupati Bogor, Ade Yasin, mengatakan, meskipun RO Kabupaten Bogor masih belum di bawah angka satu dan belum ideal untuk terapkan new normal, lantaran Jawa Barat masuk provinsi yang dipersiapkan, Pemkab Bogor harus mempersiapkan kebijakan tersebut, paling cepat 1 Juni. ”Dua hari ini kita maksimalkan uji coba, persiapan hadapi new normal. RO masih 1,2 dan masih diupayakan tetap landai bahkan turun. Jawa Barat masuk fase itu, jadi kita juga harus siapkan, jangan sampai New Normal malah naik angka positifnya. Membiasakan pemerintah sampai masyarakat,” kata Ade Yasin usai rakor evaluasi PSBB dan persiapan New Normal, di Kantor Bupati, Cibinong, Rabu (28/5). Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sofiah, menjelaskan, banyak pertimbangan Pemkab Bogor dalam menetapkan awal masa new normal. Jika mengacu pada aturan pemerintah pusat soal penerapan new normal di Jawa Barat, beberapa provinsi dan 25 kota/kabupaten akan berlaku mulai 1 Juni. Di satu sisi, wilayah tetangga seperti Depok dan Jakarta akan menerapkannya mulai 4 Juni. ”Kalau lihat kemiripan kasus kita lebih ke DKI harusnya soal waktu pelaksanaan, tapi kita kan masuk Jabar. Jadi kita harus siap kedua-duanya sambil lihat hasil angka RO, di kita dan Jabar. Nah rapat hari ini (kemarin, red) seolah-olah kita siap uji coba di 1 Juni,” katanya. Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan lima fase yang dikeluarkan Bappenas. Sehingga masih menimbang-nimbang kepastian pelaksanaannya, termasuk berapa lama masa new normal itu sendiri karena akan bergantung juga pada keputusan pusat. ”Akan dibuat dalam bentuk perbup (peraturan bupati, red), lagi disiapkan dan mencari bentuknya, jadi penanggalannya masih belum. Termasuk sanksi yang pasti beda dengan PSBB. Kota Bogor kan punya masa transisi, kita nggak ada, jadi dua hari ini uji coba, sosialisasikan. Ya waktu kita tinggal sedikit,” katanya. Menurutnya, sosialisasi diperlukan agar semua stakeholder mulai dari pemerintahan, swasta dan masyarakat bisa paham dengan kebijakan baru. Ketika misalnya mal akan operasi, tentu harus bisa menyesuaikan SOP kesehatan. Termasuk transportasi dan wisata. ”Ini berat loh. Ketika semua harus menyediakan fasilitas kesehatan, kebersihan, pembatasan jumlah yang hadir. Pemda juga nggak bisa maksakan, setelah regulasi siap, kita panggil semua sektor agar ada semacam pakta integritas,” terang wanita yang juga kepala Bappedalitbang Kabupaten Bogor itu. Syarifah mengakui, sektor pendidikan akan menjadi yang paling akhir diputuskan, terkait kembali dibukanya sekolah-sekolah untuk kegiatan belajar mengajar. Sebab, anak-anak sangat rentan terhadap virus. Pihaknya juga menunggu kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). ”Waktu sekolah kan masih cukup lama. Setelah semua sektor selesai, baru tetapkan untuk sekolah, tatanan barunya. Yang jelas sampai saat ini masih belajar di rumah menunggu instruksi kementerian,” pungkasnya. (ryn/c/rez/py)