Senin, 22 Desember 2025

Habis Langka, si Melon Makin Meroket

- Senin, 8 Juni 2020 | 09:47 WIB

Meski sudah tidak mengalami kelangkaan, harga gas elpiji 3 kg kini makin melambung tinggi. Si melon yang biasanya dijual di warung-warung seharga Rp22.000, kini menyentuh angka Rp25.000 hingga Rp27.000. Masyarakat pun harus rela antre untuk mendapatkan satu tabung gas. SEORANG warga Kampung Muaralebak, Kelurahan Pa­sirjaya, Kecamatan Barat, Kota Bogor, Dede, mengatakan, harga satu tabung gas 3 kg dibeli dengan harga Rp25.000 per tabung. Ini sudah terjadi sejak Hari Raya Idul Fitri, be­berapa waktu lalu. ”Hampir di semua warung harganya segitu. Kita ya terpaksa beli, karena kan butuh,” kata Dede kepada Metropolitan, kema­rin. Meski tidak signifikan, tam­bah Dede, harga itu terlalu memberatkan masyarakat. Terlebih, di wabah Covid-19 seperti saat ini. Dede menga­ku membeli gas 3 kg di warung tak jauh dari rumahnya. Ke­tidaktahuan Dede akan lo­kasi agen dan pangkalan di daerahnya, menjadi penyebab pria berusia 32 tahun ini mem­beli si melon dengan harga mahal. ”Saya nggak tahu pang­kalan dan agennya di mana, makanya saya beli di warung. Walaupun harganya mahal, mau bagaimana lagi namanya butuh,” paparnya. Sementara menanggapi meroketnya harga gas di warung kelontong, Wakil Ke­tua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Bogor, Cecep, angkat suara. Men­urutnya, kenaikan harga gas 3 kg di warung bukan lagi urusannya. Cecep melanjutkan, harga jual beli gas melon di agen dan pangkalan berkisar Rp14 ribu hingga Rp16 ribu. Naiknya harga gas melon di masyarakat terjadi lantaran warga mem­belinya di warung. ”Kalau harga di warung bukan we­wenang kita. Itu sudah hukum pasar ekonomi. Kalau masy­arakat beli di agen atau di pang­kalan pasti harganya lebih murah,” jawabnya santai. Disinggung soal ketidakta­huan masyarakat akan lokasi agen dan pangkalan di wilay­ahnya, Cecep tak mau ambil pusing. Ia menyarankan ke­pada masyarakat agar berta­nya kepada kelurahan setem­pat sebagai aparatur wilayah. ”Di setiap daerah itu ada agen dan pangkalan kita. Kalau masyarakat nggak tahu, sila­kan tanya ke kelurahan dan desa, karena mereka pegang datanya,” ungkapnya. (ogi/b/mam/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X