METROPOLITAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) berencana membangun monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman di Kota Bogor. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghargaan dan dedikasi pemkot terhadap sejarah dan mengingat jasa perjuangan pahlawan kemerdekaan. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengatakan, banyak pemaparan yang disampaikan Yapeta kepada pemkot terkait sejarah keberadaan PETA di Kota Bogor yang telah menelurkan banyak tokoh penting bagi kemerdekaan Indonesia. Salah satunya Jenderal Sudirman. Menurutnya, wacana tersebut muncul saat pemkot bertemu Yapeta untuk membahas sejarah Kota Bogor. Dalam audiensi itu, pihaknya mengajak semua mengingat kembali sebuah keputusan yang sangat penting dalam paripurna DPRD Kota Bogor pada 1995, yakni ditetapkannya Kota Bogor sebagai kota bersejarah PETA. ”Sejarah itu penting untuk kita ingat. Walau bagaimana pun PETA berhasil melahirkan banyak tokoh bangsa. Mulai dari Jenderal Sudirman, Jenderal AH Nasution, Jenderal Soeharto dan masih banyak lagi. Apalagi, rata-rata dari mereka menjadi orang penting sekelas kasad atau menteri kala itu,” katanya. Penetapan Kota Bogor sebagai kota bersejarah PETA juga tertuang dalam Surat Keputusan DPRD Kota Madya Daerah Tingkat II Kota Bogor Nomor 3 Kep/DPRD/1995. Sehingga Yapeta mengajukan agar dibuat monumen Jenderal Sudirman sebagai bentuk simbol kemerdekaan. Selain itu, kehadiran monumen tersebut juga diharapkan bakal menjadi ikon dan simbol untuk mendatangkan wisatawan ke Kota Bogor. Pihaknya juga menyambut baik usulan tersebut, tinggal bagaimana menyiapkan skema pembiayaannya agar monumen Jenderal Sudirman bisa terwujud. Ada beberapa opsi penempatan monumen Jenderal Sudirman. Di antaranya di area Museum PETA, Air Mancur atau lainnya yakni di Gerbang Tol Baranangsiang Kota Bogor. ”Opsi lokasi sudah ada. Ke depan tinggal kita pikirkan opsi biaya pembangunannya, apakah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau lewat anggaran lainnya yang sah secara aturan hukum,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan (Disbudpar) Kota Bogor, Atep Budiman, mengaku bakal membahas rencana tersebut dengan melibatkan sejumlah pihak, baik peran dari pengusaha maupun pelaku sejarah di Kota Bogor. Atep menilai jika PETA bisa dijadikan identitas baru untuk Kota Bogor, mengapa tidak diseriusi wacana pembangunan monumen tersebut. Ia menilai dengan hadirnya monumen tersebut, selain melambangkan penghormatan kepada tokoh pejuang kemerdekaan, juga bisa menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. “Kalau PETA bisa jadi identitas, kenapa tidak dijadikan identitas untuk pariwisata Kota Bogor. Kita branding. Potensinya bisa dijual juga. Tapi, kita rumuskan dulu teknisnya, khususnya kaitan nilai-nilai sejarahnya, sehingga tidak menjadi polemik. Pelaku sejarah akan dilibatkan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak,” paparnya. Saat ini, tambah dia, pihaknya bersama Pemkot Bogor masih menghimpun usulan baik tersebut. Sebab, bagi Disparbud ketika nanti monumen tersebut dibangun, maka bisa berdampak pada sektor ekonomi dan bisnis. ”Jadi, tak hanya sejarah, tapi juga harus memberikan maslahat bagi semua. Apalagi, ini warisan budaya. Tentu harus dari sekarang kita jajaki konsepnya,” tukasnya. (ogi/a/mam/py)