METROPOLITAN - Wacana penerapan tarif pada bus gratis yang biasa beroperasi setiap Senin pagi di Stasiun Bogor tengah jadi sorotan jajaran Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor. Dishub merasa rencana tarif yang akan dipatok terlalu tinggi jika dibandingkan tarif Commuter Line. Kepala Dishub Kota Bogor, Eko Prabowo, mengatakan, pihaknya sudah memberikan sejumlah saran dan masukan kaitan penerapan tarif bus tersebut. Ia menyarankan harga tiket bus tak boleh lebih mahal dari Commuter Line. ”Pekan depan Kementerian Perhubungan bakal menerapkan tarif pada bus gratis ini. Tapi tetap kita sarankan agar harganya tidak boleh lebih tinggi dari tiket Commuter Line. Sebab, tujuan bus ini kan untuk mengurangi jumlah penumpang,” katanya. Tak hanya itu, Dishub Kota Bogor juga memberikan masukan agar pekan depan bus yang nantinya bersiaga di Stasiun Bogor tidak semuanya serentak diberlakukan tarif. Meski ada sebagian bus yang tetap gratis. ”Kita kan belum tahu pola pergerakan penumpang. Jadi alangkah lebih baik jangan semua diberlakukan tarif. Tapi dibagi secara rata. Jadi, ada yang berbayar dan ada yang gratis. Dikombinasikan saja dulu,” pintanya. Meski secara umum belum ada nominal pasti soal tarif perjalanan bus tersebut, pria yang akrab disapa Danjen ini meminta biaya satu kali perjalanan tak lebih dari harga tiket Commuter Line. ”Rp15.000 sampai Rp25.000. Ini kan baru wacana. Intinya, kita akan dorong, jangan sampai tiket ini lebih mahal dari kereta itu saja,” tegasnya. Mekanisme pemberangkatannya, sambung dia, perjalanan dan tujuan bus ini akan sama dengan bus gratis sebelumnya. Bahkan, pihak Kementerian Perhubungan menyanggupi 100 armada untuk 100 perjalanan dengan sistem 5 sampai 10 menit pemberangkatan. ”Jadi, nanti sistemnya selang 5 sampai 10 menit bus bisa berangkat, dengan jumlah perjalanan 100 keberangkatan. Kemungkinan untuk rute bisa kita samakan dengan rute bus gratis kemarin atau poin to poin,” tegasnya. Seperti diberitakan, Direktur Angkutan Jalan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Aca Mulyana, mengatakan, wacana tersebut masih terus dimatangkan. Sebab, bus bantuan dari pemerintah pusat ini terdiri dari dua jenis bus berbeda, yakni bus JR Connexion dan bus sekolah. ”Kita belum bisa pastikan yang kita kenakan tarif itu bus yang mana. JR Connexion atau bus sekolah,” ucapnya. Jika bus JR Connexion yang diberikan tarif, sambung dia, tentu harga satu kali perjalanannya terbilang lebih mahal ketimbang tarif tiket KRL. ”JR Connexion merupakan bus premium. Di mana pelayanannya juga berbeda dengan bus reguler. Jadi, tarifnya juga akan lebih tinggi. Walaupun nanti ada subsidi dari pemerintah,” tuturnya. Untuk penempatannya sendiri, sambung Aca, masih di areal Stasiun Bogor. Ada pula beberapa bus yang ditempatkan di lokasi Perumahan Transit Oriented Development (TOD) di samping stasiun milik PT Adhi Karya. Karena masih uji coba, tambah Aca, pembayaran akan dilakukan manual. Artinya, penumpang akan ditagih biaya perjalanan dari dalam bus. ”Rencana kita uji coba sekitar satu bulan. Setelah itu baru akan kita evaluasi ke depannya seperti apa,” tukasnya. (ogi/b/mam/py)