Pasca Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), permasalahan mulai muncul di permukaan lantaran banyak siswa yang kesulitan memperoleh akses internet. Peduli terhadap masalah Belajar Daring itu, sebuah kedai sederhana di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, menyediakan akses Wi-fi untuk anak-anak, sehingga warung tersebut selalu ramai. ANAK-anak akan mendatangi tokonya pada pagi hari untuk belajar secara daring. Dia hanya hanya memasang tarif Rp2.000 bagi setiap siswa untuk bisa sepuasnya menikmati layanan internet. ”Masang Wi-fi awalnya karena suami suka ngegame, terus ternyata ramai buat ngegame anak sini. Terus kita kasih tarif Rp 2.000 untuk seharian,” ujar pemilik kedai, Asri (31). Asri menuturkan, awalnya kedainya ramai dikunjungi anak-anak untuk mengikuti sekolah daring lantaran ada satu siswa SD yang meminta izin mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan meminta koneksi internet. Pihaknya pun dengan senang hati mengizinkan anak itu mendapatkan akses Wi-fi. ”Pas corona mulai makin rame, ada anak minta izin boleh gak katanya buat belajar online di sini. Terus kata saya boleh, bagus malahan untuk belajar. Orang tuanya juga pada datang ke sini nitipin anaknya, ngaku tekor kalau harus beli data setiap bulan,” kata Asri menyinggung orang tua yang datang mengantarkan anak-anaknya. Menurut Asri, kini kedai yang dibuka sejak 2015 ini selalu didatangi siswa SD hingga SMA setiap harinya. Karena itu, ia harus membuka kedai lebih pagi dari biasanya demi memberikan akses internet nirkabel kepada anak-anak yang harus mulai sekolah secara daring tersebut. “(Dulu) biasanya buka pukul 09.00 WIB, tapi karena anak sekolah biasanya dikasih tugas pukul 07.30 WIB kita bukanya jadinya pukul 07.00 WIB,” ucap Asri yang dipanggil Tante oleh anak-anak sekolah. Asri menyebut hanya ingin membantu anak sekolah yang kesulitan mengakses internet. Dia mengaku, tidak menyangka warungnya malah menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan, kata dia, tidak sedikit orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar di kedai miliknya yang menjadi lebih laris daripada biasanya. Pada pukul 11.00 WIB, masih banyak anak yang berada di kedai tersebut. Hanya saja, sebagaian besar sudah selesai mengerjakan tugasnya sekolahnya dan beralih bermain game daring. Meski begitu, masih terlihat beberapa anak yang mengerjakan tugas dengan smartphone yang berjajar dengan bukunya. (rep/ mam/py)