Banyak cara untuk menjaga ketersediaan air tanah. Terutama jelang musim kemarau tiba. Revitalisasi setu, merupakan salah satu cara yang diambil Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, untuk menjaga ketersediaan air tanah jelang kemarau tiba HAL itu pula yang membuat Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, bertandang ke Kabupaten Bogor, kemarin. Kedatangannya ke Bumi Tegar Beriman dilakukan dalam acara kunjungan kerja peninjauan setu di wilayah Kodim 0621. Dalam kegiatan tersebut, Nugroho menyambangi tiga setu yang ada di Kabupaten Bogor. Diantaranya, Setu Tlajung Ilir di Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Setu Cibuntu di Komplek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, dan Setu Cilala di Desa Jampang, Kecamatan Kemang. Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kerjasama pihaknya bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), dalam melakukan normalisasi setu-setu yang ada di wilayahnya. Dalam kunjungan ke Setu Cibuntu, LIPI, Cibinong, pihaknya melakukan normalisasi setu sedalam tiga meter. ”Selain melakukan pendalaman, kita juga melepaskan puluhan kilogram benih ikan air tawar ke dalam setu,” katanya kepada awak media di sela-sela acara. Bahkan pihaknya juga sempat menanam belasan pohon, tepat di bibir setu sebagai upaya penghijauan. Dari data yang dipaparkannya, Kabupaten Bogor memiliki 95 setu yang tersebar di 40 kecamatan. Sehingga setu-setu tersebut masuk juga dalam tanggungjawabnya. Dirinya juga meminta kepada masyarakat dan pemerintah wilayah, agar bersama-sama menjaga kelestarian situ dan lingkungan sekitar. Pihaknya juga mengaku siap membantu dalam melaksanakan program normalisasi setu yang ada. ”Kita juga minta masyarakat ikut merawat. Agar manfaat situ ini bisa dirasakan oleh masyarakat, karna ini kan penampungan air. Jadi kalaupun nanti musim kemarau masyarakat tetap punya cadangan air. Jadi mari sama-sama kita jaga setu ini,” pintanya. Kepala Bagian Program dan Pengendalian Pembangunan Setda Kabupaten Bogor Ajat Rohmat Jatnika menilai, sejatinya keberadaan setu harus bisa memberikan dampak bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Dirinya menilai, penanganaan setu yang berada langsung di bawah BBWS, membuat pemerintah daerah terkendala soal penanganaan dan penganggaran. ”Situ itu seharusnya bisa menghidupi masyarakat sekitar. Karna kan selama ini kepentingan situ bukan ada di pemerintah daerah, makannya anggaran daerah tidak ada yang masuk,” ucapnya. Kalaupun nanti pengelolaan situ diserahkan kepada pemerintah daerah, sambungnya, kolaborasi penanganaan situ tetap mesti dilakukan. Lantaran kondisi saat ini yang serba keterbatasan. ”Kalaupun situ nanti dikelola oleh kita, tentu perawatan dan penanganaannya juga harus dikolaborasikan tidak bisa sendiri, apalagi di masa pandemi sekarang,” tutupnya. (ogi/a/mam)