METROPOLITAN – Angka penyebaran Covid-19 di Kota Bogor terus mengalami peningkatan. Namun menariknya, penyebaran virus corona ini malah menyasar masyarakat di usia produktif yakni 19 sampai 44 tahun. Berdasarkan data Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Bogor, sebanyak 129 orang di usia produktif kali ini menjadi korban terbanyak di Kota Bogor atau sebesar 41,9 persen. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor, Zainal Arifin, menilai, terpaparnya masyarakat di usia produktif dikarenakan tingkat mobilitas masyarakat yang sangat tinggi di tengah pelonggaran peraturan pemerintah. ”Masyarakat di usia produktif ini kan tingkat mobilitasnya tinggi ya, karena mereka mulai bekerja lagi. Ada yang di Jakarta dan lain-lain. Nah, mereka terpapar lah,” terang Zainal kepada Metropolitan, Rabu (26/8). Menurutnya, ini merupakan fenomena yang seharusnya sudah diprediksi pemerintah. Sebab, dengan tingginya tingkat mobilitas, maka penyebarannya akan lebih mudah terjadi. Namun yang menakutkan dari fenomena ini adalah keberadaan OTG yang menjadi carrier virus corona. Bermunculannya klaster keluarga di Kota Bogor, sambung Zainal, dikarenakan para OTG yang beraktivitas menularkan virusnya kepada orang-orang di rumahnya. ”Kan mereka yang bekerja dan OTG tidak merasa terpapar, tapi tiba-tiba keluarganya sakit dan barulah ketahuan. Ini seharusnya sudah diantisipasi pemerintah,” ungkapnya. Ketika ditanya apakah ada perubahan genetika pada virus ini, Zainal menilai ada kemungkinan itu terjadi. Terlebih, saat ini virus yang menyebar di Kota Bogor mulai merambah kepada OTG dan tidak menunjukkan tingkat kematian yang tinggi. ”Mungkin itu bisa juga terjadi. Tapi yang pasti virus itu sudah menyebar ke mana-mana, masyarakatnya malah dibebaskan. Ya terpapar lah kita semua,” ungkapnya. Sebelumnya, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Erna, menjelaskan, yang dimaksud dengan zona oranye merupakan risiko penyebaran Covid-19 di Kota Bogor pada level tinggi dan potensi virus belum bisa terkendali. ”Pada level ini, transmisi lokal hingga imported case kemungkinan dapat terjadi dengan cepat,” kata Erna, Selasa (25/8). Dalam evaluasi yang diungkapkan GTPP Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Erna mengungkapkan kalau pemerintah di daerah harus memantau kluster-kluster baru dan mengontrol pergerakan melalui testing dan tracking yang agresif. ”Seluruh masyarakat terutama kelompok rentan di daerah dengan status zona oranye disarankan tetap berada di rumah, bekerja dari rumah kecuali untuk fungsi-fungsi tertentu,” ungkap Erna. Selain itu, penumpang transportasi umum dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Tempat-tempat dan fasilitas umum termasuk sekolah ditutup. Kegiatan bisnis hanya dibuka secara terbatas selain keperluan esensial seperti farmasi, supermarket bahan pokok, klinik kesehatan, stasiun bahan bakar dengan tetap menerapkan physical distancing.(dil/b/mam/py)