METROPOLITAN – Sempat dinyatakan sebagai salah satu wilayah zona merah Covid-19, status Kota Bogor kini sudah turun menjadi risiko sedang atau zona oranye. Meski begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor di bawah komando Wali Kota Bogor, Bima Arya, enggan gegabah dalam menerapkan kebijakan. Salah satunya kaitan pendidikan menerapkan wifi gratis. Sesuai aturan pemerintah pusat, wilayah dengan status zona oranye dan merah belum diperkenankan membuka sekolah secara tatap muka serta harus memaksimalkan penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). ”Belum ada rencana membuka sekolah di Kota Bogor. Apalagi kan sesuai aturan pemerintah pusat, zona merah dan oranye dilarang membuka sekolah dengan tatap muka langsung,” terangnya, Rabu (9/9). Untuk itu, pihaknya bakal lebih memaksimalkan penerapan PJJ untuk siswa di Kota Bogor. Salah satunya dengan kebijakan pengadaan akses wifi publik secara gratis di 797 titik RW se-Kota Bogor. Kebijakan ini dipilih bukan tanpa alasan. Sebab, setelah beberapa bulan menerapkan PJJ, terungkap bahwa banyak siswa dan orang tua yang terkendala perangkat hingga keterbatasan biaya kuota dan akses jaringan internet. ”Memaksimalkan PJJ disokong dengan kebijakan pengadaan wifi publik gratis untuk siswa, ya itu dia. Kita akan fokus untuk percepatan itu,” terangnya. Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Rahmat Hidayat, mengatakan, program wifi publik gratis untuk PJJ siswa mulai dimatangkan dengan menyosialisasikan petunjuk pelaksanaan-petunjuk teknis (juklak-juknis) kepada lurah di Kota Bogor. Nantinya, sambung dia, wifi publik gratis akan tersebar di 797 RW se-Kota Bogor. Anggaran yang disediakan kurang lebih Rp2 miliar yang penggunaannya disebar ke wilayah. Pengadaan wifi publik ini bersumber dari anggaran pergeseran untuk Covid-19. ”Anggarannya sudah ada di masing-masing kelurahan. Sekarang tahap sosialisasi, bertahap targetnya secepatnya selesai. Sudah fiks disebar ke 797 titik di RW-RW se-Kota Bogor. Nilai anggarannya kurang lebih Rp2 miliar, disebar ke kelurahan-kelurahan,” ujarnya. Terpisah, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, menilai kondisi saat ini sangat dilematis bagi dunia pendidikan. Di satu sisi harus ada pendidikan yang memerlukan tatap muka, karena ada proses pengajaran atau transfer ilmu sekaligus pendidikan. Namun di sisi lain masalah keselamatan jiwa sangat penting. Jadi, perlu ada rumusan yang lebih pas jika pandemi ini berlangsung lama. ”Untuk posisi saat ini meniadakan tatap muka adalah pilihan paling pas. Jadi, kebijakan PJJ dengan pemberian paket internet oleh pemerintah pusat dan wifi gratis per RW oleh pemkot sudah benar. Meskipun masih menyisakan permasalahan bagi siswa yang orang tuanya tidak memiliki gadget,” paparnya. Sehingga, sambung Atang, perlu dipikirkan untuk PJJ terbatas berbasis RT ataupun RW, dengan protokol ketat agar siswa masih bisa tetap mengikuti pembelajaran. ”Gadget atau laptop disediakan untuk siswa dan guru. Baik melalui APBD, CSR atau gotong-royong masyarakat. Itu yang harus dimaksimalkan,” tuntas Atang. (ryn/py)