Senin, 22 Desember 2025

Awas! Rawan Bencana di Puncak Musim Hujan

- Rabu, 6 Januari 2021 | 12:09 WIB

METROPOLITAN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mem­prediksi jika puncak musim hujan tahun ini bakal berlangsung pada Januari hingga Fe­bruari. Forecaster Stamet Stasiun Meteorologi Kelas III Citeko, Ronald C Wattimena, menga­takan, jatuhnya puncak musim pen­ghujan pada Januari hingga Februari ini lantaran adanya pergera­kan Monsun Asia atau angin yang bergerak dari arah ba­rat membawa massa udara yang lebih banyak. Menurutnya, Monsun Asia biasanya bertiup dalam ku­run waktu Oktober hingga April. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan yang menyebab­kan Benua Australia musim panas, sehingga bertekanan rendah. Sedangkan Benua Asia lebih dingin, sehingga tekanannya tinggi. ”Pada waktu ini Indonesia khususnya akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa angin ini. Makanya kami memprediksi puncak musim penghujan bakal terjadi pada Januari hingga Febru­ari ini,” katanya, Selasa (5/1). Roland juga meminta ma­syarakat mewaspadai po­tensi bencana Hidrometeo­rologi atau bencana yang dipengaruhi faktor cuaca, seperti banjir, longsor hing­ga puting beliung yang bisa saja terjadi pada periode puncak musim penghujan. Menurutnya, potensi ben­cana hidrometeorologi bisa saja terjadi pada puncak musim penghujan. Terlebih tahun ini La Nina mulai ter­jadi yang dapat memicu me­ningkatnya curah hujan di sekitar wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Bogor. Hasil pantauannya, ano­mali iklim La Nina masih terpantau berlangsung di samudera pasifik dengan intensitas level moderat. Kemungkinan akan melemah pada Mei nanti. ”Saat ini kita sedang memasuki ano­mali iklim La Nina dan kemun­gkinan bakal melemah pada Mei 2021. Makanya kami imbau masyarakat senanti­asa waspada terhadap ben­cana hidrometeorologi,” ungkapnya. Data yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat, sepanjang 2020 sebanyak 1.338 ben­cana mewarnai sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor. Akibat ribuan bencana ter­sebut, setidaknya kerugian yang tercatat mencapai Rp28,5 miliar. Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hasan, menga­takan, 1.338 bencana tersebut terdiri dari 427 tanah long­sor, 175 banjir, 41 kebakaran, 376 angin kencang, 98 keke­ringan, 51 pergeseran tanah dan 18 bencana gempa bumi. ”Sementara 152 bencana lainnya masuk ke kategori lainnya. Bencana lain-lain itu seperti rumah ambruk, korban tenggelam, pohon tumbang dan jembatan rusak,” katanya. BPBD Kabupaten Bogor juga mencatat, akibat 1.338 bencana tersebut, sebanyak 44 orang dinyatakan mening­gal dunia, 8 luka berat, 12 luka sedang dan 35 luka ringan. Ribuan bencana itu membuat 7.581 rumah rusak ringan, 1.622 rumah rusak sedang dan 728 rusak berat. ”Ribuan bencana itu juga membuat 72.997 kepala kelu­arga dengan 213.834 jiwa mesti mengungsi akibat ben­cana ini,”ujarnya. Tidak hanya pemukiman warga, ribuan bencana ter­sebut juga merusak sejumlah fasilitas umum. Di antaranya 87 sarana ibadah, 69 sarana pendidikan, 4 kantor pe­merintahan dan 17 majelis taklim bersama pondok pe­santren. ”Sebanyak 211 sarana eko­nomi, 45 fasilitas umum, 141 meter jalan desa, 61 jemba­tan, 9 lahan pertanian, 7 sarana pengairan, 2 lahan peternakan dan 8 lahan pe­rikanan, dengan total keru­gian keseluruhan mencapai Rp28,5 miliar,” pungkasnya. (ogi/b/mam/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X