METROPOLITAN - Anggota DPR RI yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, menyambangi Graha Pena Radar Bogor, Rabu (17/12). Usai lawatan resesnya di dua titik di Kota Bogor itu, ia meluangkan waktu mendengarkan persoalan di wilayah. Ia mengatakan, pers harus tetap menjalankan perannya dalam menjaga kualitas demokrasi di Indonesia. Terlebih saat pandemi Covid-19 seperti ini. Hal itu merupakan tugas berat lantaran punya pesaing utama, yakni media sosial. ”Pesaing utama saat ini justru datang dari media sosial. Banyak informasi yang bertebaran di media sosial. Banyak juga yang sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ujarnya. ”D isitu pentingnya peran pers menjaga kualitas demokrasi kita. Jangan sampai nanti masyarakat mempercayai berita-berita dari medsos yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Banyak hoaks beredar di sana,” sambung pria yang duduk sebagai wakil ketua Komisi VII DPR RI itu. Meski begitu, ia menilai siapa pun boleh melontarkan kritik selama tidak melanggar hukum, norma dan etika. ”Sah-sah saja menyampaikan pendapat,” imbuhnya. Selain itu, Eddy Soeparno juga menjabarkan kondisi PAN saat ini. Sebagai partai tengah yang identik dekat dengan kaum intelektual, hal itulah yang ingin ia lestarikan dan dikuatkan dalam partai. Terutama kader PAN yang sudah menjabat di eksekutif ataupun legislatif. ”Saya minta semua vokal, bicara dan tindakan untuk masyarakat. Mulai di daerah hingga DPR RI. Itu juga yang jadi penilaian (kinerja). Paling tidak, dari hal bentuk persepsi di masyarakat,” terang Kang Eddy, sapaan karibnya. Sementara itu, CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu, menilai, saat ini kualitas demokrasi di Indonesia semakin menurun. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sorotan terhadap persoalan kritik untuk pemerintah. UU ITE juga cenderung menghantui pers sebagai ujung tombak tegaknya demokrasi. Oleh karena itu, tugas-tugas media mainstream dalam menopang demokrasi selayaknya buah simalakama. “Demokrasi tidak akan matang jika pers tidak berfungsi dengan baik. Nanti malah yang terjadi demokrasi hanya simbolik. Masyarakat tidak bisa menyampaikan apa-apa karena takut ditangkap, takut dipenjara,” tuturnya. Dalam silaturahmi ini, hadir pula Ketua DPD PAN Kota Bogor Safrudin Bima, anggota DPRD Fraksi Amanat Nurani (FAN) Rifki Alaydrus, GM Harian Metropolitan Rama Irawan beserta pimpinan anak perusahaan Radar Bogor Grup lain. (ryn/py)