METROPOLITAN - Di saat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor memutuskan untuk memperbolehkan operasional bioskop pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro sejak 9-22 Maret 2021, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor justru masih pikir-pikir dalam menerapkan kebijakan yang sama di Kota Bogor. Meski begitu, Wali Kota Bogor, Bima Arya, mengaku tengah mempelajari kemungkinan membolehkannya bioskop di Kota Bogor kembali beroperasi. “Kita juga sedang proses itu,” katanya. Selain itu, pihaknya juga masih terus mengkaji dan mempelajari berbagai hal, salah satunya protokol kesehatan (prokes). Dari kacamata yang ia lihat, permintaan terhadap dibukanya kembali bioskop di Kota Bogor masih belum terlalu banyak. Pemkot pun masih melakukan pengecekan data-data dan pendalaman untuk mengetahui kesiapan prokesnya. “Masih kita pelajari prokes masing-masing. Kita lihat demmand (permintaan, red)-nya belum banyak. Sekarang kita masih cek data-datanya, masih mendalami sejauhmana permintaannya dan sejauhmana kesiapan prokesnya,” ujarnya. Sebelumnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di Kabupaten Bogor kembali diperpanjang dua pekan ke depan hingga 22 Maret 2011. PPKM perpanjangan ini sepertinya memberikan angin segar bagi sejumlah pelaku bisnis dan masyarakat. Ya, dalam PPKM kali ini tempat yang menjadi idaman warga Bogor seperti bioskop dan tempat wisata akhirnya boleh dibuka. ”Bioskop diperbolehkan dengan jumlah pengunjung paling banyak 50 persen dan jam operasional pukul 10:00 sampai 21:00 WIB,” ungkap Bupati Bogor, Ade Yasin. Aturan tersebut ia tuangkan dalam Keputusan Bupati (Kepbup) Bogor bernomor 443/202/Kpts/Per-UU/2021 tentang PPKM berskala Mikro. Meski sejumlah sektor tersebut diperbolehkan kembali beroperasi, syarat utama penerapan protokol kesehatan dan pembatasan kapasitas pengunjung rupanya harus diterapkan. Hampir setahun sudah tirai layar dunia sinema Indonesia di bioskop tak pernah dibuka lantaran badai pandemi Covid-19 masih terus menerpa. Terutama bioskop di Bogor yang masih dilarang beroperasi. Hal itu pun menimbulkan masalah bagi pengusaha bisnis hiburan masyarakat. Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin, mengungkapkan, bioskop terancam tutup total jika tidak ada kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk membantu para pengusaha ini. “Dampaknya, menurut saya, kalau begini terus kita bisa-bisa tutup total,” kata Djonny. Djonny mengungkapkan, pendapatan yang diterima pengusaha bioskop di Jakarta, Tangerang dan daerah lain yang diperbolehkan untuk beroperasi saja sekitaran Rp1 juta sampai Rp1,5 juta. Padahal, pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya mencapai Rp150 juta. Meliputi biaya gaji karyawan, perawatan alat, perawatan AC dan sewa tempat. Sebab, mayoritas bioskop-bioskop yang ada itu berlokasi di mal. “Omzet kita cuma 10-15 persen. Yang biasanya satu hari Rp25 juta sebelum pandemi, sekarang Rp1 juta saja susah. Apalagi di Bogor itu tutup semua,” jelas Djonny. (ryn/mam/py)