Memasuki triwulan kedua tahun anggaran 2021, wacana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan refocusing anggaran kembali mencuat. Hal itu dilakukan untuk bisa mengalokasikan anggaran insentif tenaga kesehatan (nakes) yang selama ini berjuang di garda terdepan melawan Covid-19. WALI Kota Bogor, Bima Arya, mengakui bahwa pemkot tengah menyiapkan kajian untuk pergeseran anggaran dan segera diserahkan ke DPRD Kota Bogor. “Kita siap refocusing anggaran. Nanti kita proses itu,” katanya kepada Metropolitan, Senin (12/4). Bima Arya mengungkapkan, rencananya refocusing anggaran salah satunya dilakukan untuk bisa mengalokasikan anggaran insentif nakes. Wacana ini datang dari inisiatif DPRD Kota Bogor. “Kemarin baru ada pembicaraan, pimpinan DPRD mengharapkan agar ada alokasi untuk nakes. Ya kita siap, tapi kan ini dalam proses pembahasan anggaran,” ungkapnya. Meski begitu, politisi PAN ini menyebut bahwa angka yang akan digeser untuk bisa memenuhi insentif nakes tidak sebesar pergeseran anggaran tahun lalu yang mencapai Rp350 miliar. Agar refocusing tepat sasaran dan program lain bisa terus berjalan, tambah dia, perlu adanya penyesuaian terlebih dulu. “Tidak setinggi itulah, karena kebutuhannya disesuaikan lagi dengan hal lain yang harus berjalan. Tidak setinggi tahun lalu,” ujarnya. Sementara itu, Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, menilai dilaksanakannya refocusing anggaran bukan hanya karena adanya kebutuhan insentif nakes saja, tapi ada beberapa program yang kemungkinan tak akan terserap tahun ini, sehingga lebih baik pos anggarannya digeser guna meminimalisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (Silpa). “Melihat berbagai program dan anggaran yang sekiranya tidak akan terserap maksimal, silpa bisa kita tekan dan dimanfaatkan untuk kegiatan yang dirasa sangat perlu dan anggarannya masih sedikit, di antaranya insentif nakes, persiapan RS Lapangan dan lain-lain,” jelasnya. Tak hanya itu, Atang menegaskan bahwa berdasarkan hasil laporan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan pertama, Kota Bogor tidak mencapai target. Meski pada pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) 2021 lalu telah diprediksi PAD akan turun 30 persen, politisi PKS ini menilai refocusing perlu dilakukan sesegera mungkin. “Saya kira memang karena turunnya pendapatan pasti. Tapi saat pembahasan APBD 2021 kita sudah menyampaikan asumsi turunnya pendapatan 30 persen. Tinggal yang harus dikuatkan lagi memastikan menyisir program yang tidak akan terserap maksimal. Atau ternyata tidak terlalu penting digunakan itu direfocusing kepada program yang sangat darurat dan dibutuhkan, sehingga bisa diperkuat anggarannya,” bebernya. DPRD Kota Bogor memang tengah berupaya menganggarkan insentif bagi tenaga kesehatan (nakes) Covid-19 di Kota Bogor sebesar Rp30,2 miliar. Apalagi sejak awal pandemi Covid-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tidak mengalokasikan anggaran insentif nakes pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor dan hanya bertumpu pada alokasi pemerintah pusat. Hal tersebut dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno. Ia menyebutkan bahwa nakes yang bertugas di Puskesmas Kota Bogor saat ini berjumlah 953 orang. Ia juga mengakui tahun ini Pemkot Bogor tidak menganggarkan insentif nakes melalui APBD Kota Bogor dengan pertimbangan defisit anggaran. “Kami belum bisa mengajukan anggaran insentif untuk nakes yang bertugas di Puskesmas Kota Bogor ke pemerintah pusat. Sebab, untuk nakes yang bertugas di rumah sakit saja belum dibayarkan,” pungkasnya. (dil/c/ryn/py)