METROPOLITAN – Kondisi Sungai Ciliwung kini semakin membaik. Sampah-sampah yang biasanya menghiasi sisi sungai kini tak lagi nampak. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengklaim hal ini dikarenakan berjalannya Program Bebersih Ciliwung yang kini mulai dijalankan secara berkesinambungan. “Hasil Program Ciliwung Bersih yang mengalir melalui 13 kelurahan berhasil mengurangi volume sampah yang masuk ke Sungai Ciliwung,” katanya kepada Metropolitan, Kamis (15/4). Meski tidak bisa mengungkapkan data jumlah volume sampah yang direduksi, Dedie mengklaim kondisi jembatan Satuduit yang berada di Jambu Dua tak pernah terendam banjir lagi satu tahun ke belakang. “Buktinya, setiap terjadi hujan lebat dengan indikator Siaga 1 di Bendung Katulampa, di satu tahun terakhir ketinggian air di bawah Jembatan Satuduit tidak mencapai permukaan jembatan,” ungkapnya. Sedangkan jika dilihat secara visual, Dedie biasanya menemukan sofa, sampah plastik, styrofoam hingga kasur di aliran Sungai Ciliwung. Namun berkat program bebersih Sungai Ciliwung, sampah-sampah tadi sudah tak ada lagi. “Bebersih Ciliwung menjadi kegiatan rutin yang harus terus dilaksanakan berkesinambungan agar kondisi sungai tetap baik,” jelasnya. Program Bebersih Sungai Ciliwung yang digaungkan Dedie pada Hari Air Sedunia ini pun mendapatkan dukungan langsung dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Deni Wismanto. Maksud dan tujuan program tersebut yakni agar Sungai Ciliwung tetap terjaga, karena sungai merupakan sumber saluran air dan air merupakan sumber kehidupan yang harus dijaga kebersihannya. Pada peringatan Hari Air Sedunia, Deni mengajak warga, khususnya warga di sekitar sungai, tidak membuang sampah ke sungai karena bisa mencemarinya. “Kita menyosialisasikan tidak membuang sampah sembarangan kepada orang terdekat, keluarga dan lingkungan sekitar,” katanya. Selain itu, ia juga mengajak warga mengurangi sampah sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Caranya, dengan memilah sampah yang jika diolah akan mendatangkan nilai ekonomi. Salah satunya sampah organik yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk maupun untuk pakan budidaya maggot. “Karena 500-600 ton sampah di Kota Bogor 60 persennya adalah sampah organik. Jika bisa dikelola baik, maka akan menjadi sumber pendapatan warga,” jelasnya. Belum lama ini, Kota Bogor mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai satu dari 13 kota yang progresif melakukan upaya pengurangan sampah. “Mudah-mudah kita bisa lebih optimal mengurangi dan memanfaatkan sampah. Pemerintah tentu tidak bisa sendiri, harus dibantu semua elemen masyarakat,” pungkasnya.(dil/b/mam/py)