METROPOLITAN – Jagat dunia maya belakangan ini diramaikan tentang penghapusan gambar mural di tembok-tembok pagar rumah warga maupun jalanan kota oleh aparat di beberapa daerah di negeri ini. Salah satu yang membuat dunia permuralan ramai diperbincangkan ketika salah satu mural di Tangerang dengan gambar menyerupai Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dengan matanya tertutup tulisan ’404 Not Found’ Seiring berjalannya waktu, muncul juga mural-mural di berbagai daerah. Salah satunya di Kota Bogor yang isinya adalah gambar seorang wanita bersanggul dan pria berkulit hitam didampingi gambar pria satunya yang terlihat kurus sambil memegang pacul. Isi tulisan dalam mural tersebut adalah ’PPKM (Pelan-Pelan Kita Mati)’. Raksa Nasition, seniman mural Kota Bogor, menuturkan, bentuk kritikan tersebut adalah wahana ekspresi bagi pelaku seni mural jalanan. Menurutnya, penghapusan mural yang berbentuk kritikan tak akan menghapus keadaan yang sedang terjadi di daerah tersebut. ”Kalau muralnya dihapus, kesenjangannya nggak hilang juga. Karena kalau melihat itu yang dipertanyakan entah itu aparat, pejabat, merasa terganggu ketika ada mural yang mengkritisi. Padahal itu kan bentuk ekspresi keadaan hari ini,” tutur Raksa kepada Metropolitan, Kamis (26/8). Ia melanjutkan, pelaku mural di Kota Bogor yang memang sudah disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, dengan dibuatnya Taman Corat-Coret, tidak diberikan kebebasan dalam berkarya melalui muralnya. ”Taman Corat-Coret pernah ngegambar di sana, tapi gambarnya ya itu-itu saja. Kalau mau ngegambar di sana harus dengan izin berbelit. Ketika kita laporan akan menggambar dengan gambar yang mengkritisi pasti dilarang,” lanjutnya. Raksa juga merasa bentuk mural yang memang dibuat dengan bagus bukan bentuk dari vandalisme. Mural yang bagus dibuat dengan penuh keniatan, justru memperindah sisi-sisi kota dengan gambar yang cantik. ”Kalau dari street art sendiri kan, di mana pun itu, ya gambar saja. Sedangkan kalau kita bicara vandalisme itu kan merusak, dari sisi mana mural merusak. Banyak mural yang bagus-bagus, justru malah mempercantik,” tegas Raksa. Menurutnya, yang merupakan vandalisme adalah ketika sebuah mural yang memang gambar benae-benar bagus, lalu dihapus menggunakan cat secara acak-acakan. ”Nah, pas menghapus mural, kebanyakan nggak rapi dan akhirnya yang vandalnya itu malah yang ngehapusnya,” tukasnya. Terakhir, menurut pegiat mural yang sudah menjalankan hobi gambar temboknya sejak 2012, seni adalah sebuah kebebasan dan tidak bisa ada yang atur, tetapi harus sesuai moral di daerah tempat mural itu dibuat. ”Nggak mungkin kita gambar wanita atau pria telanjang di ruang publik. Ada etika juga yang harus kita jaga. Tapi tetap pada dasarnya, seni mural itu didasari dengan kebebasan jangan diatur dan dikit-dikit dihapus,” pungkasnya. (cr1/c/eka/py)