Senin, 22 Desember 2025

Prokes Menuju Endemi: Tetap Pakai Masker walau Sudah Divaksin

- Kamis, 21 Oktober 2021 | 11:01 WIB

METROPOLITAN - Pemerintah terus berupaya menurunkan kasus Covid-19 di seluruh pelosok di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat ancaman virus dirasa masih akan terjadi pada beberapa waktu ke depan. Memasuki masa transisi Covid-19 dari pandemi menjadi endemi, pemerintah menguatkan upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir. Percepatan vaksinasi, tetap menjaga disiplin protokol kesehatan (prokes), penguatan testing, tracing, treatment (3T) serta pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat secara luas terus digencarkan. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Suprapto, menjelaskan terdapat tiga tahapan pandemi Covid-19 menuju endemi. Pada tahap persiapan, upaya preventif harus dikuatkan. Misalnya, perilaku prokes yang sudah melekat atau tertanam (embed), vaksinasi lebih dari 70 persen serta penggencaran 3T oleh petugas-petugas yang kompeten. ”Kemudian tahap transisi, di mana jumlah kasus terkendali dan angka kematian dapat ditekan. Pada tahap ini, kehidupan kita masuk grey area (area abu-abu, tidak pasti), semua demi menjaga prokes dan hidup berdampingan dengan Covid-19,” kata Agus dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)–KPCPEN pada Selasa (19/10), ”Ketiga adalah tahap endemi. Tahap endemi adalah setelah semua terkontrol dan harapannya, semua jadi lebih baik,” ujarnya. Menurutnya, endemi tak hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia internasional. Dengan persiapan dan transisi yang baik, maka dapat bersama-sama dan serentak menuju tahap tersebut. Bila angka kasus semakin turun, tak terjadi gelombang ketiga pada akhir tahun serta situasi tetap terkendali seperti saat ini, maka tahun depan ekonomi dapat pulih dan tumbuh di atas 5 persen. “Saat ini, kita harus terus bangun suasana optimis,” tegasnya. Memasuki November-Desember, menurut dia, terdapat kemungkinan menurunnya imunitas warga yang mendapatkan vaksinasi awal tahun. Karena itu, kegiatan masyarakat selama Nataru (Natal dan Tahun Baru) harus disertai disiplin prokes dan kehati-hatian. “Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin prokes serta bersama-sama mendorong upaya 3T,” ujar Agus. Tidak dapat dimungkiri, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai, pandemi belum selesai. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada pelonggaran pada prokes. Hal ini ditekankan Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander Ginting. Ia menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi. Selain itu, penertiban mobilitas, baik dalam negeri maupun luar negeri, penguatan peran pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan. “Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai objek, melainkan subjek yang harus berjuang bersama. Jadi, ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa virus,” papar Alexander. Sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, sambung dia, terdapat dua gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respons melalui penguatan 3T. Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti. Sementara itu, Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza, menegaskan hal yang sama. ”Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80 persen dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73 persen,” jelas Dilla. Menurutnya, memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang lain. “Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi prokes ketat. Kalau perlu lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” kata Dilla. Kewaspadaan memang tidak boleh ditanggalkan. Founder & CEO Young on Top (YOT), Director Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan.(rez/eka/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X