METROPOLITAN - Ketua KNPI Kecamatan Ciomas, Badri, mengaku sangat menyayangkan adanya pernyataan wakil wali kota Bogor yang seolah-olah menganggap bahwa Alun-Alun Kota Bogor atau taman-taman di Kota Bogor adalah milik sepenuhnya warga Bogor. ”Sungguh pernyataan yang tidak etis dalam sebuah kesatuan wilayah negara Indonesia,” tegasnya. Ketika bicara warga Kota Bogor dengan warga Kecamatan Ciomas, tentunya satu provinsi yakni Jawa Barat. Sehingga sudah sepantasnya jika warga Kecamatan Ciomas turut menikmati dan berkunjung ke Alun-Alun Kota Bogor. ”Toh, tidak ada larangan warga luar Kota Bogor berkunjung ke alun-alun. Bolehlah warga Kabupaten Bogor dianggap turis lokal yang dapat ikut meningkatkan perekonomian Kota Bogor,” ujarnya. Parahnya lagi, sambung Badri, setiap hari truk sampah milik Kota Bogor dibuang ke TPA Galuga. Setiap hari truk lalu lalang dengan bau tak sedap di sepanjang jalan raya kabupaten. Bahkan, warga di sekitar Galuga terkena imbas sampah dari Kota Bogor. ”Ciomas suatu saat akan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mungkin tak seperti alun-alun. Itu Patung Kapten Muslihat ke mana, padahal sudah jelas merupakan Patung Pahlawan,” tuturnya. Senada, Tokoh Masyarakat Kecamatan Leuwiliang, Budiantoro, mengaku bangga dengan Program Samisade yang diluncurkan bupati ke setiap desa dibandingkan membangun alun-alun seperti Kota Bogor. Alun-alun hanya bisa dinikmati kalangan tertentu. Sedangkan Program Samisade terasa manfaatnya hingga pelosok desa. ”Saya bangga punya Bupati Bogor Ade Yasin dengan Program Samisade-nya. Apalagi, se- Indonesia Program Samisade hanya ada di Kabupaten Bogor,” ujarnya. Ketika ada warga Kecamatan Leuwiliang berkunjung ke Alun-Alun Kota Bogor, kemungkinan pulang kerja dari Jakarta atau luar kota. Sebab, Alun-Alun Kota Bogor dekat dengan status kereta api, sehingga wajar kalau sekali lewat. ”Kecamatan Leuwiliang punya alun-alun, sehingga salah besar kalau warga Kecamatan Leuwiliang sengaja main ke Alun-Alun Kota Bogor, ” ungkapnya. (ads/c/eka/ py)