Senin, 22 Desember 2025

Pandemi Pengaruhi Sektor Pendidikan di Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto Minta Disdik Kreatif

- Kamis, 3 Februari 2022 | 11:40 WIB
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto

METROPOLITAN - Ketua Dewan DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto, me­minta jajaran Dinas Pendidi­kan (Disdik) membuat tero­bosan atau inovasi untuk memodifikasi sistem pendi­dikan dan pembelajaran di tengah gelombang ketiga pandemi Covid-19. ”Disdik jangan lagi gagap menghada­pi pandemi gelombang ke­tiga,” ungkap Rudy, Rabu (2/2). Sistem pendidikan dan pem­belajaran, lanjut Rudy, tidak menggantungkan pada sistem pembelajaran jarak jauh. Se­bab faktanya, tidak semua pelajar di Kabupaten Bogor tersentuh jaringan internet. ”Jadi banyak ken­dala yang dihada­pi, sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan efektif,” katanya. ­ Rudy mengingatkan, sektor pendidikan harus tetap mela­kukan upaya memberikan layanan pendidikan berkua­litas. Kualitas pendidikan akan sangat menentukan generasi seperti apa yang akan dimi­liki bangsa ini di masa yang akan datang. “Investasi terbaik hari ini adalah investasi sumber daya manusia. Pendidikan tidak boleh berjalan seadanya, ha­rus ada terobosan untuk men­gatasi kendala yang dihadapi dan leading sector untuk mengawal itu ada pada Dinas Pendidikan,” katanya. Soal inovasi pembelajaran, sambung Rudy, DPRD telah berkali-kali mengingatkan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor. Salah satu­nya dengan meminta Dinas Pendidikan merangkul aka­demisi, seperti IPB, ITB, UN­HAN dan LIPI, untuk mem­buat kajian tentang metode terbaik pembelajaran di tengah pandemi seperti ini. ”Agar pola pembelajaran anak-anak kita ini punya konsep yang jelas, jangan sampai beberapa sekolah mengambil kebijakan masing-masing,” paparnya. Akan tetapi, sambung Rudy, hingga memasuki gelombang ketiga pandemi, hal tersebut belum dilakukan. Padahal, pandemi masih belum dike­tahui kapan akan berakhir. “Jika kita lihat tiga tahun ini banyak anak-anak kita lulus, tapi hanya mengikuti pem­belajaran tatap muka dalam hitungan jari. Khawatirnya, tren Covid-19 makin mening­kat, lulusan SMP masuk SMA dan berijazah, tapi mengikuti pendidikan hanya sampai SMP, karena orang tuanya tidak bisa menguliahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi,” bebernya. Apalagi, lanjut Rudy, pan­demi membuat kondisi per­ekonomian masyarakat tidak dalam kondisi baik, terutama untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang per­guruan tinggi. Hal tersebut diutarakan Rudy setelah mendapati informasi ada se­jumlah siswa di SMPN 1 Ci­binong yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan pihak sekolah menghentikan kem­bali Pembelajaran Tatap Muka (PTM). “Itu memang salah satu pen­cegahan. Jika ini berlaku di seluruh Kabupaten Bogor, berarti pola pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Kita sudah ingatkan ini sejak tahun lalu kepada Dinas Pen­didikan (Disdik),” terangnya. Rudy mengungkapkan, Pem­kab Bogor sudah mengaloka­sikan anggaran untuk men­dukung program Pembelaja­ran Jarak Jauh (PJJ), juga memiliki Program Samisade (Satu Miliar Satu Desa) yang tidak hanya untuk kebutuhan infrastuktur di desa, tapi juga untuk penyediaan fasilitas internet di setiap desa. Selain itu, ada pula bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Pemerintah Pusat yang belum bisa mengakomodasi seluruh warga Kabupaten Bogor yang jumlahnya di atas lima juta jiwa. ”Jumlah pelajar sangat ba­nyak, apalagi dilihat dari letak geografis dan topografis, tidak semua daerahnya dataran. Jangan jauh-jauh, daerah Ci­sadon atau Sentul disana sinyal handphone itu tidak ada, apalagi akses internet. Maka­nya harus ada pola baru dalam pembelajaran, syukur-syukur Kabupaten Bogor menjadi pelopor untuk wilayah lain­nya,” tandasnya.(eka/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X