METROPOLITAN - Ketua Dewan DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto, meminta jajaran Dinas Pendidikan (Disdik) membuat terobosan atau inovasi untuk memodifikasi sistem pendidikan dan pembelajaran di tengah gelombang ketiga pandemi Covid-19. ”Disdik jangan lagi gagap menghadapi pandemi gelombang ketiga,” ungkap Rudy, Rabu (2/2). Sistem pendidikan dan pembelajaran, lanjut Rudy, tidak menggantungkan pada sistem pembelajaran jarak jauh. Sebab faktanya, tidak semua pelajar di Kabupaten Bogor tersentuh jaringan internet. ”Jadi banyak kendala yang dihadapi, sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan efektif,” katanya. Rudy mengingatkan, sektor pendidikan harus tetap melakukan upaya memberikan layanan pendidikan berkualitas. Kualitas pendidikan akan sangat menentukan generasi seperti apa yang akan dimiliki bangsa ini di masa yang akan datang. “Investasi terbaik hari ini adalah investasi sumber daya manusia. Pendidikan tidak boleh berjalan seadanya, harus ada terobosan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dan leading sector untuk mengawal itu ada pada Dinas Pendidikan,” katanya. Soal inovasi pembelajaran, sambung Rudy, DPRD telah berkali-kali mengingatkan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor. Salah satunya dengan meminta Dinas Pendidikan merangkul akademisi, seperti IPB, ITB, UNHAN dan LIPI, untuk membuat kajian tentang metode terbaik pembelajaran di tengah pandemi seperti ini. ”Agar pola pembelajaran anak-anak kita ini punya konsep yang jelas, jangan sampai beberapa sekolah mengambil kebijakan masing-masing,” paparnya. Akan tetapi, sambung Rudy, hingga memasuki gelombang ketiga pandemi, hal tersebut belum dilakukan. Padahal, pandemi masih belum diketahui kapan akan berakhir. “Jika kita lihat tiga tahun ini banyak anak-anak kita lulus, tapi hanya mengikuti pembelajaran tatap muka dalam hitungan jari. Khawatirnya, tren Covid-19 makin meningkat, lulusan SMP masuk SMA dan berijazah, tapi mengikuti pendidikan hanya sampai SMP, karena orang tuanya tidak bisa menguliahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi,” bebernya. Apalagi, lanjut Rudy, pandemi membuat kondisi perekonomian masyarakat tidak dalam kondisi baik, terutama untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut diutarakan Rudy setelah mendapati informasi ada sejumlah siswa di SMPN 1 Cibinong yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan pihak sekolah menghentikan kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM). “Itu memang salah satu pencegahan. Jika ini berlaku di seluruh Kabupaten Bogor, berarti pola pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Kita sudah ingatkan ini sejak tahun lalu kepada Dinas Pendidikan (Disdik),” terangnya. Rudy mengungkapkan, Pemkab Bogor sudah mengalokasikan anggaran untuk mendukung program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), juga memiliki Program Samisade (Satu Miliar Satu Desa) yang tidak hanya untuk kebutuhan infrastuktur di desa, tapi juga untuk penyediaan fasilitas internet di setiap desa. Selain itu, ada pula bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Pemerintah Pusat yang belum bisa mengakomodasi seluruh warga Kabupaten Bogor yang jumlahnya di atas lima juta jiwa. ”Jumlah pelajar sangat banyak, apalagi dilihat dari letak geografis dan topografis, tidak semua daerahnya dataran. Jangan jauh-jauh, daerah Cisadon atau Sentul disana sinyal handphone itu tidak ada, apalagi akses internet. Makanya harus ada pola baru dalam pembelajaran, syukur-syukur Kabupaten Bogor menjadi pelopor untuk wilayah lainnya,” tandasnya.(eka/py)