Senin, 22 Desember 2025

Masih Terkendala, Kota Bogor Belum Bisa Buang Sampah ke TPPAS Nambo

- Kamis, 10 Maret 2022 | 11:01 WIB

METROPOLITAN – Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor membuang sampah ke Tempat Pengelolaan dan Pem­prosesan Akhir Sampah (TPPAS) Nambo, Kabupaten Bogor, nyatanya belum ter­laksana sampai saat ini. Belum selesainya pembangunan di TPPAS Nambo, jadi kendala Kota Bogor mempunyai alter­natif lain selain membuang sampah ke Tempat Pembu­angan Akhir (TPA) Galuga, Kabupaten Bogor. “Belum bisa buang, karena masih menunggu konfirmasi dari Pemprov Jabar. Semen­tara masih di Galuga sampai saat ini,” kata Kabid Pengelo­laan Persampahan di DLH Kota Bogor, Feby Darmawan, kepada wartawan, baru-baru ini. Menurutnya, pihaknya juga belum bisa memastikan kapan Kota Bogor bisa membuang sampah ke TPPAS Nambo, meski sudah dijanjikan bisa membuang sejak akhir Fe­bruari. “Belum ada kabar lagi, belum ada konfirmasi dari Pemprov Jabar, kayaknya nanti kalau sudah ada undan­gan rapat lewat zoom dari Pemprov Jabar baru kita dika­sih waktu kapan siapnya buang ke sana,” ujarnya. “Bukan ha­nya Kota Bogor, semuanya juga belum ada (membuang sampah ke TPPAS Nambo, red), baik Bekasi, Kabupaten Bogor hingga Depok,” sambungnya. Soal berapa jumlah volume sampah yang bisa dibuang ke TPPAS Nambo apabila pembangunan telah selesai, jelas Feby, sesuai perjanjian awal Kota Bogor mendapat jatah sekitar 400 ton per hari. Sehingga jumlah itu yang men­jadi patokan pihaknya saat ini. “Kalau untuk Kota Bogor di awal itu kuota kita 400 ton. Memang yang lebih urgen itu Kota Depok, karena TPA me­reka sudah tidak beroperasi lagi. Mereka hampir 400 ton lebih per hari,” ujarnya. Saat disinggung apakah ke­tika TPPAS Nambo berope­rasi secara full Kota Bogor akan beralih dari TPA Galuga, Feby mengaku belum bisa memas­tikannya. Sebab, jumlah vo­lume sampah Kota Bogor per hari rata-rata menyentuh angka 500-600 ton per hari. “Belum bisa dipastikan, ka­rena untuk pendistribusian berapa nantinya itu belum ditentukan. Ini semua akan menyesuaikan anggaran pem­kot yang tersedia,” ujarnya. Sebelumnya, Kota Bogor segera punya alternatif pem­buangan sampah selain Tem­pat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga. Sebab, Tempat Peng­elolaan dan Pemprosesan Akhir Sampah (TPPAS) Nambo, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, dikabarkan bakal be­roperasi dan diuji coba pada Maret ini. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Deni Wismanto, mengatakan, Maret ini rencananya TPPAS Nambo akan diuji coba. Be­berapa kota atau kabupaten yang sudah kerja sama meng­gunakan TPPAS Nambo pun sudah bisa uji coba mengirim sampah. “Maret ini rencananya sudah diuji coba, beberapa kota yang sudah kerja sama penggu­naan TPPAS Nambo, awal-awal uji coba dulu,” katanya ke­pada Metropolitan, belum lama ini. Untuk jumlah sampah yang dikirim, sambung dia, memang belum akan dalam jumlah maksimal. Kota Bogor sendiri akan uji coba dengan mengirim sampah 10 ton per hari selama uji coba. “Nambo tetap jalan (selama penyelesaian pembangunan, red) tapi awal-awal mau coba jalan, uji coba. Jadi dari masing-masing kota belum maksimal, tapi kita uji coba,” ujarnya. “Kota Bogor belum 100 persen. Untuk Maret awal kita mau uji coba 10 ton per hari, sampai nanti operasional TPPAS Nam­bo maksimal,” sambungnya. Terkait tipping fee yang harus dibayarkan, pihaknya masih menghitung kembali dengan Pemprov Jawa Barat sebagai pengelola TPPAS Nambo. “Nanti kita hitung lagi dengan provinsi,” tuturnya. Dari jumlah rata-rata sampah Kota Bogor yang mencapai 600 ton per hari, diharapkan sam­pah yang dibuang ke TPPAS Nambo berkisar di angka 400 ton per hari. “Nambo kan yang kelola regional, bukan kita. Kita hanya drop sampah. Di­harapkan punya kapasitas bisa sampai 400 ton sampah buat kita. Tapi kita tahap awal per hari itu kita hanya 10 ton dulu. Karena kita masih ada (TPA) Galuga,” jelas Deni. Menurutnya, baik TPPAS Nambo maupun TPA Galuga akan tetap jadi tempat pem­buangan sampah buat Kota Bogor. Sebab, ada plus minus tersendiri dari kedua tempat tersebut. “Enakan mana? Ya sama lah. Artinya, kalau ke Nambo itu regional, ada sup­porting dari Jabar. Kalau Ga­luga nggak, tapi kita ada lahan sendiri di sana. Intinya, pen­golahan sampah memang harus ada alternatif, nggak bisa hanya satu,” tuntas Deni. (rez/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X