politik

Hasil Survei Indikator Calon Wali Kota Bogor 2024: Elektabilitas Melambung Tinggi, Dedie A Rachim Sulit Disaingi

Selasa, 11 Juni 2024 | 07:05 WIB
Bakal Calon Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim.

METROPOLITAN – Direktur Riset Indikator, Adam Kamil menilai tingginya elektabilitas yang dimiliki Dedie A Rachim sebagai Calon Wali Kota Bogor sangat sulit disaingi oleh kandidat lain. Hal itu terlihat dari perolehan survei yang diselenggarakan lembaga Indikator sejak 24-29 Mei 2024 kemarin.

Berdasarkan hasil survei, Dedie A Rachim berhasil menguasai perolehan suara tertinggi dari tiga simulasi yang dilakukan. Menariknya, jika dihitung dari perolehan yang didapat masing-masing kandidat, tidak ada satu pun figur yang berhasil menyentuh setengah dari perolehan yang diraih Dedie A Rachim.

“Ya saat ini calon yang sudah pasti paling populer adalah Dedie, karena investasinya cukup panjang 5 tahun. Sementara penantangnya baru mulai kayanya awal tahun ya, sebelumnya sih udah mulai dikit-dikit tapi belum serius,” kata Adam Kamil.

“Oleh karena itu wajar saja kondisi saat ini Pak Dedie cukup dominan disekitaran 44 persen kalau di semi terbuka 19 nama, sementara calon yang lain penantangannya Rayendra dan Sendi disekitaran 15 sampai 17 persen,” sambung dia.

Menurut dia, memang kondisi saat ini tidak bisa menentukan hasil dari Pilkada 2024 Kota Bogor mendatang. Mengingat, masih ada waktu sekitar 5 bulan lagi sampai pemungutan suara pemilihan Wali Kota Bogor berlangsung.

Meski begitu, jika para kandidat tidak memiliki strategi yang pas, tentu posisi saat ini tidak akan mungkin jauh berbeda.

“Kalau saya lihat Rayendra dan Sendi ini nampaknya serius banget. Tapi, kalau masing-masing maju sendiri mungkin tetap agak jauh ya kadar ancamannya bagi Dedie. Tapi, seandainya salah satu ada yang mau ngalah untuk posisi nomor dua (Rayendra dan Sendi bergabung), itu kan jadi signifikan,” ucap Adam Kamil.

“Semakin ketat dan kompetitif, karena pengalaman survei itu jika calon punya basis elektoral yang signifikan, jika disimulasikan berpasangan maka basis dukungannya saling menambahkan. Dengan catatan masing-masing juga harus terus bekerja untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya,” sambung dia

“Seandainya dalam waktu tiga bulan keduanya bisa menambah di angka 15 persen, itu kan bisa menjadi 30 nanti. Terus kalau di kali dua, itu bahaya sekali basisnya, dan pasti basisnya Dedie yang diambil,” lanjutnya.

Atas hal itu, dirinya kembali meyakini bahwa kondisi saat ini masih berubah, tergantung dari kerja dari masing-masing figur.

“Masih sangat bisa saya liat konstelasi seperti ini, masih sangat mungkin terjadi ancaman itu dan ancaman akan semakin besar jika dua penantang utama bisa bergabung,” ujar Direktur Riset Indikator.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Djuanda (Unida) Bogor, Gotfridus Goris Seran menilai wajar jika elektabilitas Dedie A Rachim lebih besar dari kandidat lain. Mengingat, masyarakat lebih mengenal Dedie A Rachim karena sebagai incumbent dalam 5 tahun terakhir sebagai Wakil Wali Kota Bogor. Kemudian, masyarakat juga sudah mengenal kinerjanya dan sudah sering turun ke masyarakat.

“Dan ada satu hal yang sangat kuat di masyarakat, Dedie itu sosok figurnya yang lebih dikenal kuat integritasnya ya karena sebelumnya beliau punya pengalaman di KPK sebagai salah satu direktur, dan itu teruji pada saat beliau menjadi wakil wali kota kemarin,” kata pria yang akrab disapa Seran.

“Sehinga, ini yang melekat di mata masyarakat dan memberikan persepsi terhadap sosok Pak Dedie sebagai figur yang punya integritas kuat, sehingga ini berdampak kepada hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Indikator mengungguli sosok-sosok yang lain,” sambung dia.

Halaman:

Tags

Terkini