politik

Pilkada 2024 Kota Bogor, Elektabilitas Dedie A Rachim Terancam Disalip Sendi Fardiansyah

Rabu, 26 Juni 2024 | 17:14 WIB
Direktur Eksekutif Poldata Indonesia, Fajar Arif Budiman (istimewa)

Lalu, pada bulan berikutnya, ada lembaga survei lain yang mempublikasikan posisi Sendi naik ke 12 persen.

Sebaliknya, kata Fajar, posisi Dedie A Rachim saat itu masih memimpin dengan elektabilitas di atas 40 persen.

Jika dibandingkan dengan hasil survei Poldata Indonesia yang dilakukannya pada awal Juni 2024, terjadi trend yang sebaliknya.

Yaitu, Dedie A Rachim terus menurun dan Sendi Fardiansyah terus menaik.

“Tren Dedie Rachim cenderung menurun tergerus oleh calon lain sementara Sendi Fardiansyah mengalami tren naik secara konsisten dalam beberapa bulan terakhir," kata dia.

Saat ini, kata dia, tren elektabilitas Sendi sudah naik lagi ke posisi 21,9 persen dan Dedie A Rachim terus turun ke angka 34,9 persen.

Jika melihat pada data tersebut, sambung Fajar, Dedie tidak dalam posisi aman untuk menang karena dipepet Sendi dengan jarak elektabilitas sekitar 10 persen.

Sementara itu, terkait dengan kandidat lain, Fajar menilai masih dalam kategori stagnan.
Salah satunya, Dokter Rayendra dengan 8,28%.

Di bawahnya ada Rusli Prihatevy (4,1%), Achmad Ru'yat (2,4%) dan Restu Kusuma (1,21%).

Sisanya, publik yang mengaku tidak tahu dan tidak jawab sekitar 27%.

“Dari pengalaman kami melakukan survei, jarak elektabilitas seperti itu sangat rawan. Apalagi, untuk kandidat incumbent seperti Dedie. Yang aman, biasanya harus punya jarak di atas 20 persen. Meskipun, jarang seperti itu bukan juga jaminan tidak bisa disalip,” kata dia.

Fajar menjelaskan, posisi Dedie Rachim saat ini masuk dalam kategori lampu kuning. Dia harus waspada, karena dari pengalaman selama ini, calon yang punya tren turun, biasanya akan terus turun.

Sebaliknya, calon yang punya kategori tren naik, biasanya akan terus naik selama bisa mengelola kerja-kerja politik dengan efektif.

Pada kesempatan tersebut, Fajar juga menjelaskan terdapat beberapa temuan terkait isu-isu krusial atau masalah pokok masyarakat dan mewanti-wanti kepada seluruh kandidat terkait dengan mulai munculnya aneka isu negatif para calon.

Misalnya isu tentang poligami, korupsi, intervensi elit nasional, sampai ke soal kandidat yang diduga suka sesama jenis.

Halaman:

Tags

Terkini