Senin, 22 Desember 2025

Denny JA Paparkan Soal Dua Putaran dan Antasari Efek

- Kamis, 16 Februari 2017 | 09:30 WIB

METROPOLITAN - Quick Count LSI Denny JA menyimpulkan Pilkada DKI akan berlangsung dua putaran. Pada jam 16:30 WIB, kemarin data masuk LSI sudah 95 persen dengan tingkat dukungan Agus-Sylvi 16,88 persen, Ahok-Djarot 42,95 persen, dan Anies-Sandi 40,17 persen. Data LSI juga menunjukkan jumlah ”golput” sekitar angka 23 persen. Dengan demikian, pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi maju ke putaran dua. Sedangkan pasangan Agus-Sylvi gugur di putaran pertama.

Denny JA mengingatkan bahwa konfe­rensi persnya lima hari sebelum pencoblo­san memprediksi dua hal. Pilkada berlangs­ung dua putaran dan dukungan calon be­rada dalam ambang batas. Agus-Sylvi: 24,4-39,6 persen; Ahok-Djarot: 27,2-39,2 persen; dan Anies-Sandi 25,6-38,4 persen.

Denny akui, prediksinya salah soal Agus. Putra dari presiden keenam RI itu menda­patkan hasil hitung cepat lebih kecil dari ambang batas. Sementara Ahok dan Anies mendapatkan lebih besar dari ambang batas. Pertanyaannya, apa penyebab pe­rubahan dalam lima hari setelah publi­kasi? Mengapa suara Agus lebih rendah dari ambang batas? Dan mengapa Ahok dan Anies di atas ambang batas? Denny menyebut ada beberapa isu yang memer­lukan pengujian lebih lanjut.

Pertama, terjadi efek dari pernyataan Antasari Azhar. Ekpose berita soal Anta­sari yang menyatakan SBY inisiator krimi­nalisasi terhadap dirinya menjadi berita besar. Isu itu sensasional dan digulirkan secara masif sehari sebelum pencoblosan. ”Twitwar dan pro kontra terjadi, di-blow up media sedemikian rupa. SBY memang sudah memberikan jawaban dan mela­porkan Antasari ke jalur hukum. Namun discourse SBY versus Antasari ternyata lebih banyak merugikan Agus. Suara Agus banyak beralih ke Anies dan terutama ke Ahok. Data quick count menunjukkan pe­rubahan dukungan itu,” jelasnya.

Kedua, angka golput sekitar 23 persen lebih rendah dibanding Pilkada DKI sebe­lumnya yang umumnya di atas 30 persen. Yang datang ke TPS memang lebih besar dibanding pilkada sebelumnya. Namun, golput lebih banyak datang dari pendukung Agus yang mayoritas berasal dari segmen menengah bawah. ”Dari studi golput yang LSI lakukan terhadap kasus beberapa wi­layah, golput umumnya datang dari pemilih menengah bawah,” ujarnya.

Pemilih menengah bawah umumnya lebih potensial tak datang ke TPS karena beberapa alasan. Pertama, alasan ekonomi, karena umumnya mereka punya upah harian. Jika ke TPS, maka upah hariannya hilang. Kedua, alasan teknis yaitu karena administrasi surat menyurat dokumentasi kependudukan. Hal ini membuat mereka tak datang ke TPS. ”Yang lainnya alasan politik. Umumnya kesa­daran politik di segmen menengah bawah ini kurang partisipatif dalam politik,” tutup Denny.

(rmo/ram/dit)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X