Kampanye yang dilakukan calon wakil wali kota Bogor nomor urut satu Zaenul Mutaqin berlangsung penuh tawa gembira. Kampanye damai itu dilakukan pendamping Achmad Ru’yat di Kampung Babakanindah, RT 04/03, Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, kemarin. Gelak tawa bermula saat ZM tengah berdiskusi dengan warga.
Dalam sambutannya, kepada warga yang didominasi kaum perempuan itu ZM menegaskan jika warga tidak suka dengan dirinya, masyarakat bisa memilih Ru’yat di pilwalkot Bogor 2018. “Kalau tidak suka dengan Pak Ru’yat, berarti ke saya saja. Artinya jangan ke mana-mana, tetap di nomor satu,“ kata ZM disambut riuh dan gelak tawa warga.
Bukan tanpa sebab ZM mengajak warga memilih paslon RZ di pilwalkot Bogor 2018. Sebab, Ru’yat-Zaenul maju di bursa lima tahunan Kota Bogor ini dengan niat baik, bukan untuk kepentingan pribadi. Karena jika urusan pribadi, ia bersama pendampingnya sudah dicukupi Allah SWT. “Kami hanya ingin bermanfaat bagi manusia atau warga lainnya sesuai perintah Allah SWT,” ucapnya.
ZM menuturkan, menjadi seorang pemimpin itu tentu harus dekat dengan masyarakat. Lalu, bagaimana masyarakat bisa memilih jika tidak mengenalnya. Karena itu, kehadirannya di Kampung Babakanindah untuk mengenalkan diri dan memaparkan program-program unggulan yang dimiliki paslon RZ di pilwalkot Bogor 2018. “Belum tentu pemimpin akan datang ke rumah warga kalau tidak mengenalnya. Kalau dia kenal tentu akan kembali lagi. Makanya kehadiran kami untuk bersilaturahmi dengan warga,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, ZM juga berharap warga Babakanindah tidak memilih pasangan calon (paslon) atas upeti yang diberikan seseorang. Sebab, semua keputusan lahirnya seorang pemimpin di Kota Bogor ada di tangan warga itu sendiri. “Mudah-mudahan ini tidak terjadi di Harjasari, memilih karena cilok, mencolok jika ada uang gocapan,” ujarnya.
Kampanye damai tersebut diisi ngaliwet bareng warga yang ditutup marawis dari warga sekitar. Sementara untuk keluhan yang disampaikan warga, di antaranya kurangnya perhatian terhadap fasilitas madrasah dan terbatasnya ketersediaan obat di posyandu.
(rez/dik/e/run)
