Pemiliki Ecoprinting Fashion Jumiko Jacobs menuturkan, dirinya belajar membuat cetakan yang dihasilkan dari alam yang natural tersebut di bulan November 2017 bersama sang guru Elis asal Jogyakarta, dan dilanjutkan bersama Elsana Nugroho asal Jogyakarta. Ketertarikan untuk belajar mencetak ini membuatnya semakin percaya diri akan menghasilkan karya terbaik. "Saya awalnya ditawarin temen buat beli produknya, tetapi harganya memang mahal. Jadi saya coba buat belajar bikin dengan karya saya sendiri," ujarnya kepada Metropolitan.
Memiliki kreatifitas yang tinggi membuatnya sukses menciptakan karya yang indah. Dengan tekatnya yang kuat membuatnya menghasilkan karya terbaik dan membawanya bergabung bersama Persekutuan Perempuan Wirausaha atau biasa disebut Perwira. Keterlibatannya sebagai anggota Perwira membawanya mengikuti feysen show pertama diawal karyanya.
"Awalnya saya gak yakin, karena saya belum bikin banyak karya, karena saya kan masih baru banget. Tetapi saya percaya diri karena feysen show itu saya mulai dikenal banyak orang, jadi banyak yang penasaran dengan karya yang saya hasilkan ini," tutur Jumiko.
Dengan mengikuti fesyen show tersebut, membuat Ecoprinting yang Jumiko buat sendiri semakinmelambung. Hampir setiap bulan Jumiko mengikuti feysen show atau memerkan karya-karyanya hingga keluar kota. "Bahkan untuk saat ini saya sedang ada rencana untuk ekspor ke Amerika dan Jerman dan pameran di Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT)," papar wanita yang memiliki hobby traveling tersebut.
Selain itu, menurut Jumiko proses pembuatan yang membutuhkan kreatifitas ini tidak selalu dibuat menjadi pakaian, tetapi beberapa yang lainnya punbisa seperti dompet, tas, hijab, seprei dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk warna Ecoprinting dihasilkan dari daun dengan jenis apapun, namun yang sering digunakan biasanya daun jati. Dan cara pembuatannya cukup mudah, dengan menempelkan daun di atas kain yang sudah direndam sehari semalam dengan air tawas lalu di gulung dan direbus atau dikukus. Semua warna dihasilkan dari daun atau batang kayu. Dengan motif berbagai jenis daun yang di susun dengan kreatifitas yang membuatnya menarik.
Harga untuk karyanya ini yaitu, Rp1,5 juta dengan ukuran 200x100 meter dengan bahan sutra asli, untuk bahan sutra campuran hadir di harga Rp1,2 juta. Untuk bahan biasa hadir di harga Rp600 ribu dengan ukuran 200x55 meter. Harga untuk katun bisa sampai Rp.400 ribu per meter.
(cr1/c/mam/py)