METROPOLITAN - Jelang pemilihan legislatif (pileg) 2019, persaingan antarcalon legislatif (caleg) dari masing-masing partai bakal ketat. Terutama di daerah pemilihan dengan jatah kursi kecil dan harus diperebutkan ratusan caleg dari masing-masing partai. Tidak menutup kemungkinan para caleg harus menyiapkan 'amunisi' (modal uang, red) dengan nominal ratusan juta. Pengamat politik dari Universitas Djuanda Bedi Irawan menjelaskan, memiliki modal besar merupakan salah satu indikator alasan caleg bisa meraup suara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan segala cara. Dengan memiliki kekuatan finansial, caleg berpeluang bisa terpilih. Caranya dengan rutin melakukan sosialisasi, memberi bantuan atau suvenir, Alat Peraga Kampanye (APK) dan kaos sehingga menarik simpatik pemilih. “Kebijakan partai politik biasanya menempatkan posisi bakal calegnya yang memiliki popularitas, loyalitas dan punya kemampuan finansial cukup,” ujarnya. Menanggapi hal tersebut, bacaleg dari PDIP Banu Lesmana Bagaskara menuturkan, ibarat berperang, semuanya harus dipersiapkan dengan matang seperti masalah anggaran sosialisasi, kampanye dan lain-lain. Namun hal itu bisa ditekan ketika ada manajemen yang baik untuk merencanakan anggaran tersebut. “Bahasa kerennya, hidup ini harus santai tapi narget. Karena kembali lagi, yang mendekatkan kita pada kemenangan bukan melulu soal uang tapi kerja, kerja dan kerja. Selanjutnya Allah yang menentukan,” ungkapnya. Senada, bacaleg dari Partai Gerindra Bambang Budianto mengaku menolak adanya politik uang karena bisa merusak demokrasi. Maju sebagai calon anggota dewan harus memiliki uang yang cukup besar, tidak juga seperti itu. Jika figurnya memang dikenal dan banyak berbuat untuk masyarakat, itu sudah menjadi modal dasar. Selebihnya untuk membuat APK dan anggaran sosialisai itu merupakan suatu kebutuhan untuk memastikan agar masyarakat mengetahui bahwa dirinya sebagai calon anggota dewan. Ia berharap anggota dewan pilihan rakyat dari Partai Gerindra dapat bekerja lebih optimal sebagai mitra kerja, sekaligus sebagai kontrol eksekutif. Tentunya menjalankan amanah rakyat dengan sebaik mungkin. “Intinya modal maju di pileg tidak besar kalau bacalegnya sudah berbuat banyak untuk masyarakat. Namun yang terpenting bagi saya, jadi anggota dewan bukan bekerja memikirkan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan semua rakyat,” pungkasnya. (ads/b/sal/run)