METROPOLITAN – Ini merupakan Temu Raya Almisbat ke dua, pertemuan raya pengurus Almisbat di 60 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Pertemuan ini akan menjadi momentum dalam upaya penyegaran organisasi, penyusunan program kerja organisasi dan memenangkan Jokowi di periode ke 2 tentunya! Perjuangan untuk memenangkan Jokowi, di periode ke dua lebih berat dibandingkan dengan perjuangan di periode pertama. mengapa? Ini bukan soal adanya pameo bahwa “Mempertahankan lebih berat dibandingkan dengan merebut”, tapi ini menyangkut kemarahan dan resistensi para elite, yang merasa bahwa nilai-nilai lama mereka harus dicabut dan digantikan dengan nilai-nilai baru.
Seperti nilai tentang kepemimpinan. Dulu mereka menganggap bahwa pemimpin harus datang dari kelompok mereka, kelompok elite, kelompok The Have (kalangan atas-red) atau yang merasa The Have. Sehingga mereka sulit menerima jika ada pemimpin yang datang dari masyarakat biasa. Mereka juga tidak bisa menerima jika nilai kepemimpinan dimanivestasikan dalam kerja untuk mewujudkan gagasan. Karena mereka terbiasa dengan ‘kegenitan’ pencarian gagasan dan bermain-main dengan wacana, tetapi malas dalam mewujudkannya. Dan jika ingin mewujudkannya, Ciri khas mereka selalu mengandalkan orang lain atau bawahannya.
Mereka juga ingin mempertahankan priviledge (hak istimewa sebagai warga negara) mereka sebagai elite untuk terus menerima “upeti”. Sehingga mereka terganggu gaya hidupnya saat, nilai baru yang menjaga jarak dengan KKN tumbuh. Mereka merasa terancam takut nilai-nilai mereka punah. Rasa terancam ini sudah kita rasakan saat kita memenangkan Jokowi di periode pertama. Dan menuju periode ke 2, rasa terancam mereka akan semakin besar, karena setelah lebih dari 4 tahun nilai-nilai kepemimpinan yang baru, yang menganut kesetaraan, kerja keras dalam mewujudkan gagasan, dan menjaga jarak dengan KKN, mendapat tempat besar di masyarakat.
Mengapa kita harus berkonsolidasi, saat nilai-nilai baru yang dibawa Jokowi sudah mendapat tempat ? Sangat jelas, ini bukan hanya soal memenangkan pemimpin dengan mengadu program dan gagasan, tapi memenangkan pertarungan melawan orang yang putus asa sehingga menghalalkan fitnah/hoax, SARA dan ujaran kebencian. Kita tidak takut dengan adu program dan gagasan. Karena selama 4 tahun ini kualitas oposisi kita baru terbatas Pokrol Bambu, berdebat hanya untuk berdebat. Sekali lagi yang kita harus kita hadapi dengan serius 3 hal tadi: Hoax, SARA dan Ujaran Kebencian. Karena ke tiga hal tersebut bisa merobek persatuan bangsa.
Mengenai penyusunan program kerja organisasi, kita akan mendapat masukan dari para ahli, yang tertuang dalam diskusi publik di hari ini dan esok hari. Kita akan menyusun program yg akan memperkuat program pemerintah kedepannya, yang menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia. Karena itu program-program pendampingan Almisbat yang sudah berjalan, bekerjasama dengan organ lain seperti Pojok Desa, dll harus ditingkatkan. Sebab dalam pendampingan petani, Kita akan meningkatkan kesejahteraan petani, melalui pendidikan untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pengetahuan paska panen, yang memberikan nilai tambah. Itu merupakan hakekat pengembangan SDM di sektor pertanian yang menjadi bagian dari program kerja Almisbat.
Kami akan melakukan kongres yang dalam bahasa kami adalah Temu Raya. Hasilnya kami dedikasikan untuk bangsa. Terimakasih untuk ketua panitia dan teman-teman Almisbat. Terimakasih pula untuk seluruh para pemangku kepentingan, oranisasi relawan lainnya yang membantu acara ini dapat terwujud.
Merdeka..! Merdeka…! Merdeka…!
Jakarta, 28/8/2018,
Teddy Wibisana
Ketua DPN Almisbat. (sol/bdn)