METROPOLITAN - PSI menyebut Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan perjuangan Presiden ke-4 Adurrahman Wahid sedangkan Prabowo Subianto melanjutkan perjuangan Presiden ke-2 Soeharto dan Orde Baru-nya. PAN menilai pernyataan PSI itu tendensius.
”Pernyataan ini sangat tendensius. Terutama kepada keluarga Soeharto yang kebetulan menjatuhkan pilihan politiknya pada Prabowo-Sandi,” ujar Wasekjen PAN Saleh Daulay Partaonan, kemarin.
Saleh juga menilai pernyataan PSI tersebut yang justru menunjukkan intoleransi dan ekstremisme. Pasalnya, pernyataan itu seolah mengkotak-kotakkan kelompok masyarakat.
”Dengan pernyataan itu seakanakan ada kelompok yang ekstrem, toleran, intoleran, pendukung kebhinekaan, dan pendukung Soeharto. Kategorisasi seperti ini jelas salah dan berbahaya. Jauh dari semangat toleransi dan semangat kebhinnekaan,” katanya.
Saleh menuding PSI hanya toleran pada orang-orang dan kelompok yang memiliki afiliasi dan pandangan politik yang sama. Di luar itu, semua dianggap tidak benar oleh PSI.
”Padahal, konstitusi saja mengakui adanya perlindungan dan kesamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara,” ujarnya.
Sebelumnya, PSI menilai dukungan Putri Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Yenny Wahid seolah menegaskan Jokowi melanjutkan perjuangan Gus Dur selama ini.
Sedangkan, menurut Guntur Romli, Prabowo condong melanjutkan politik Orde Baru dan Soeharto. (dtk/sal)