METROPOLITAN – Menghadapi tahapan pemilu 2019, Kabag Ops Polresta Bogor Kota Komisaris Polisi Fajar Hari meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan berita bohong alias hoaks. Ia mengimbau publik lebih dulu melakukan klarifikasi sebelum meyakini suatu informasi. Ia mengungkapkan, fenomena hoaks maupun ujaran kebencian yang belakangan ramai di media sosial diprediksi semakin deras dan banyak dilakukan oknum yang tidak mengetahui bahayanya hoaks. ”Kita masif (mengimbau, red) melalui media sosial maupun jalur resmi seperti siaran pers agar hoaks jangan mudah dipercaya, maka harus diklarifikasi,” katanya. Fajar mengatakan, manajemen media sebagai misi utama dan ancaman hoaks serta ujaran kebencian sangat banyak atau sering didapatkan dengan mudah, baik dari broadcast terutama di grup WA dan media sosial. Guna mengatasi hal itu, Polri telah melakukan tindakan preventif maupun represif yakni pencegahan bagi masyarakat yang memungkinkan dapat melakukan hal tersebut. ”Kami tak segan akan menindak para pelaku yang dengan sengaja melakukan penyebaran hoaks dengan kepentingan tertentu,” tegasnya saat ditemui di kantor KPU Kota Bogor. Selain itu, dalam hal ini Polri juga menggandeng para tokoh pemuka agama dan para pelaku politik agar dapat menjadi penengah dan memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat, terlebih agama memiliki potensi untuk disalahgunakan demi kebutuhan tertentu. Fajar menilai tren yang berkembang bukan lagi semata-mata politik, tetapi output-nya politik. Metode yang digunakan banyak ragamnya, ketika doktrin masuk hoaks maka kita dipastikan tidak lagi memiliki ruang keraguan. ”Itu tadi yang dilakukan oleh Polri, melibatkan sebanyak mungkin siapa pun beliau dari tokoh baik agama budaya untuk cooling sistem sosial, mesin politik akan tetap panas,” paparnya. Fajar mengimbau Masyarakatagar dapat selektif dalam memilah informasi. Menurutnya, di era yang serba digital harus lebih waspada dan peduli terkait informasi yang diterima dan selalu mengedepankan keragu-raguan akan sebuah informasi untuk diyakini bahwa benar sebuah fakta. ”Termasuk bapak ibu dan anak, ketika kita gunakan gadget sisakan ruang keraguan, keraguan itulah yang mendorong kita untuk rasa ingin tahu dan dorongan untuk selalu menyeleksi setiap informasi, demi terjaganya kondusivitas, keamanan dan kenyamanan di lingkungan,” tambahnya. Selain itu, ia juga mengingatkan kepada masyarakat agar tidak mudah menyebarkan sebuah informasi yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Sebab, otomatis yang menyebarkan berita hoaks merupakan pelaku pasif yang kemudian dapat merugikan orang lain. ”Saya jujur ketika seorang yang tidak tahu itu adalah hoaks tapi di-share, itu dia adalah pelaku. Jadi saya ingatkan, kalau tidak kami ingatkan kan saya salah,” pungkasnya. (ads/b/sal/run)