METROPOLITAN - Ngobras STS (Ngobrol Bersama STS, red) digelar di Warung Buli-buli, Jalan Sanggabuana, Kecamatan Bogot Tengah, kemarin. Acara yang dipandu Sugeng Teguh Santoso (STS) ini membahas implementasi hoaks dan ujaran kebencian pada masyarakat Kota Bogor. Kegiatan ini menghadirkan narasumber pengamat hukum Ujang Sujai Taoujiri, Direktur Lekat Abdul Fatah, kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Bogor, kapolsek Bogor Tengah, para aktivis, LSM, Peradi dan undangan lainnya. STS mengaku Ngobras STS merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap Rabu. Pembahasannya beragam dari mulai politik, hukum, sosial dan budaya dengan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan sesuai tema yang diangkat. Maraknya hoaks, perlu melibatkan semua pihak agar masyarakat tidak mudah terpancing isu yang dibuat oknum tak bertanggung jawab. ”Kita harus mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terpancing hoaks dan ujaran kebencian, tetapi lebih menelusuri informasi yang didapatkan,” ujarnya. STS menambahkan, dalam penanganan hoaks, Diskominfo sudah memblokir 7.000 konten dan situs hoaks yang isinya kekerasan, penipuan dan berita ujaran kebencian. Selain itu, peran aparat hukum juga penting dalam menelusuri pelaku penyebar kebencian atau hoaks. ”Selain mengedukasi masyarakat akan berita hoaks, pelakunya juga perlu diusut tuntas agar memberikan efek jera dan masyarakat tidak menjadi korban kepentingan sebuah golongan,” tegasnya. Kasus hoaks di Kota Bogor memang belum mencuat. Namun di beberapa grup WhatsApp sering terjadi gesekan akibat perbedaan pendapat ataupun hoaks. Sehingga peran serta admin di grup sangat penting dalam meminimalisasi terjadinya gesekan. Karena ketika ada permasalahan di grup hingga ke ranah hukum, nantinya admin di grup bakal dijadikan saksi. ”Ketika di grup ada anggota yang melenceng, secepatnya admin grup bertindak. Bisa mengingatkan atau memberikan sanksi agar berita hoaks tidak meluas dan dikonsumsi masyarakat,” ungkapnya. Direktur Lembaga Kajian Masyarakat (Lekat) Abdul Fatah menambahkan, lahirnya berita hoaks karena didasari kepentingan politik, ideologi dan kekuasaan. Saat ini masyarakat disuguhkan akan berita bohong. Dengan banyaknya isu hoaks, tentunya negara harus bertindak dan jangan kalah oleh gerakan yang merusak ketenteraman masyarakat. ”Mereka yang menggoreng isu dan penyebar hoaks harus ditelusuri pemerintah dan aparat hukum,” pintanya. Ia menuturkan, saat ini masyarakat awam tidak akan berpikir panjang ketika menemukan berita hoaks. Biasanya mereka mudah terpancing untuk menyebarluaskan. Malahan banyak masyarakat yang membenci berita hoaks, ada juga yang menyukai sehingga perlu diberikan edukasi agar ketika menerima informasi hoaks bisa menelusuri dulu. ”Masyarakat harus diberikan edukasi, jangan mudah terpancing isu hoaks. Tetapi lebih menyusuri dulu kepastian informasi tersebut,” pungkasnya. (ads/b/sal/run)